Makalah...Keterkaitan Demonstrasi dan Psikologi Seseorang
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sudah
dari sejak dulu, para ahli antropologi berusaha untuk memahami budaya dengan
melakukan penelitian lapangan dan menulis etnografi. Melalui cara kerja yang
dilakukan para antropolog tersebut diharapkan sebuah budaya akan dapat
dideskripsikan dengan detail, komplet dan akurat. Pada pertengahan tahun 1970,
dua orang antropolog, Edwin Ardener (1975) seorang antropologis sosial dari
Oxford University dan Shirley Ardener (1978) sebagai rekan kerjanya menunjukkan
minat untuk melihat cara kerja para antropolog budaya tersebut di lapangan.
Mereka melihat bahwa ternyata para antropolog melakukan penelitiannya dengan
lebih banyak berbicara dan bertanya kepada kalangan laki-laki dewasa pada suatu
budaya tertentu untuk kemudian mencatatnya dalam etnografi sebagai gambaran
budaya secara keseluruhan. Sehingga tidak seluruh porsi dari deskripsi budaya
tersebut, seperti perempuan, anak-anak, dan posisi dari pihak yang tak berdaya
lainnya, disajikan sebagai bagian dari cerita budaya tesebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu tradisi sosial psikologis?
2.
Apa
itu tradisi sibernetika?
3.
Bagaimana
tradisi sosial budaya?
4. Bagaimana tradisi kritis?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui tradisi sosial psikologis.
2. Untuk
mengetahui tradisi sibernetika.
3.
Untuk mengetahui tradisi sosial budaya.
4.
Untuk mengetahui tradisi kritis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tradisi sosial psikologis
Teori-teori yang berada di bawah tradisi sosiopsikologi
memberikan perhatian antara lain pada perilaku individu, pengaruh, kepribadian
dan sifat individu atau bagaimana individu melakukan persepsi. Sosiopsikologi
digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, pesan, percakapan, hubungan
interpersonal, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Menurut The Yale Attitude Studies
(Griffin, 2003:22) dalam formula who says what to whom with what effect, ada
tiga variabel yang memiliki sifat persuasif, yakni:
1.
Who, sumber pesan (menyangkut keahlian dan kredibilitas).
2.
What, isi pesan (topik dan argumen).
3.
Whom, karakter penerima pesan (kepribadian, kognisi)
Efek
utama yang diukur adalah perubahan pendapat yang dinyatakan melalui skala sikap
yang diberikan sebelum dan setelah pesan disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan. Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal
pernyataan, pendapat (opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek
(pengaruh). Teori-teori yang berangkat dari psikologi social juga dapat menjelaskant
entang proses-proses yang berlangsung dalam diri manusia dalam proses
komunikasi yakni ketika proses membuat pesan dan proses memahami pesan. Manusia
dalam proses menghasilkan pesan melibatkan proses yang berlangsung secara
internal dalam diri manusia seperti proses berfikir, pembuatan keputusan,
sampai dengan proses menggunakan simbol. Demikian pula dalam proses memahami
pesan yang diterima, manusia juga menggunakan proses psikologis seperti
berpikir, memahami, menggunakan ingatan jangka pendek dan panjang hingga
membuat suatu pemaknaan.
Tradisi
sosio-psikologi dapat dibagi menjadi 3 cabang:
Ø Perilaku.
Konsentrasinya pada bagaimana orang sebenarnya berperilaku di situasi
komunikasi, hubungan apa yang kita katakana dan apa yang kita lakukan. Dalam
sudut pandang perilaku, teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia
berperilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Teori-teori tersebut biasanya
melihat hubungan antara perilaku komunikasi, apa yang dikatakan dan dilakukan
dalam kaitannya dengan beberapa variabel, seperti sifat pribadi, perbedaan
situasi, dan pembelajaran. Ketika perilaku tertentu diberi penghargaan,
perilaku tersebut akan diulang. Hal ini dapat disebut sebagai pembelajaran
(learning). Sedangkan ketika respon diberi hukuman, perilaku tersebut akan
berhenti atau unlearned.
Ø Kognitif. Teori
kognitif memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi dan
berpusat pada bentuk pemikiran. Cabang ini berkonsentrasi pada bagaimana
individu memperoleh, menyalurkan dan memproses informasi yang digunakan untuk
menuntun perilaku yang ditunjukkan. Dengankata lain, apa yang dilakukan dalam
situasi komunikasi bergantung tidak hanya pada bentuk stimulus-respon,
melainkan pada operasi mental yang digunakan untuk mengolah informasi.
Ø Biologis. Apapun
pemikiran dan perilaku kita terhubung secara biologis dan berkembang tidak
hanya berasal dari proses belajar atau dari factor situasi melainkan juga dari
pengaruh bawaan neurobiologis sejak lahir.
B. Tradisi Sibernetika
Komunikasi
sebagai Pengolahan Informasi, teori ini memandang komunikasi sebagai suatu
sistem dimana berbagai elemen yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini komunikasi sebagai proses
informasi dan masalah yang banyak dihubungkan dengan keramaian, kelebihan
beban, dan malfungsi. Tradisi ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan.
Sistem ini bersifat terbuka, sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi
dilingkungan akan diproses didalam internal sistem. Sibernetika digunakan dalam
topik-topik tentang diri individu, percakapan, hubungan interpersonal,
kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Tradisi ini
juga nampak paling masuk akal ketika muncul isu tentang otak dan pikiran,
rasionalitas, dan sistem-sistem kompleks. Teori informasi berada dalam kontek
ini. Demikian pula konsep feedback menjadi penting dalam hal ini.
Perkembangannya dapat pula disebut teori-teori yang dikembangkan dari teori
informasi seperti yang dilakukan Charles Berger untuk komunikasi antar personal
dan Guddykunt untuk komunikasi antar budaya, contoh lain adalah proses
pembuatan kebijakan publik oleh lembaga pemerintahan dimana tradisi cybernetic
dapat menjelaskan. Terdapat proses sosialisasi untuk mendapatkan feedback dari
publik sebelum suatu kebijakan ditetapkan secara permanen.
Ilmuan dari MIT, Norbert
Wiener menggunakan kata Cybernet untuk mendiskripsikan bidang intelektual yang
bersifat semu. Tidak bisa dipungkiri tradisi cybernetic yang berangkat dari
Norbert Wiener ini dan dikombinasikan dengan Shannon – Wiever menjadi penting
sebagai salah satu tradisi dalam kajian komunikasi. Beberapa tokoh penting
disini adalah Wiener, Shannon-Weaver, Charles Berger, Guddykunts, Karl Deutch,
dan sebagainya.
Dalam tradisi cybernetic
terdapat beberapa varian, diantaranya:
Ø Basic
System Theory, ini adalah format dasar. Pendekatan ini melukiskan seperti
sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar.
Ø General
System Theory, sistem ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaimana
sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang
lain.
Ø Second
Order Cybernetic, dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi
Cybernetic sebelumnya.
Dalam
sistem yang kompleks, sejumlah putaran timbal balik menghubungkan semua bagian.
Putaran timbal balik ini disebut network (jaringan). Konsekuensi logisnya, ada
hubungan positif dan negatif. Dalam hubungan positif, variabel-variabel
meningkat dan menurun secara bersamaan. Sedang dalam hubungan negatif,
variabel-variabel berbanding terbalik, sehingga jika satu meningkat, lainnnya
akan menurun. Ide-ide pokok teori sistem, sungguh sangat berkaitan dan
konsisten. Semuanya memiliki pengaruh utama pada banyak hal, termasuk
komunikasi.
Luasnya
penerapan sistem dalam lingkungan nyata, fisik, dan sosial sehingga tradisi
sibernetika tidaklah monolitik. Inilah yang kemudian membuat perbedaan di
antara 4 variasi teori sistem tadi, yaitu: teori sistem dasar (basic system theory),
sibernetika (cybernetics), teori sistem umum (general system theory) dan
sibernetika tingkat kedua (second order cybernetics).
Teori
sistem dasar, menggambarkan sistem-sistem sebagai bentuk-bentuk nyata yang
dapat dianalisis dan diobservasi dari luar. Kita dapat melihat bagian-bagian
dari sistem dan bagaimana semuanya berinteraksi. Kita dapat mengobservasi dan
dengan objektif mengukur kekuatan-kekuatan di antara semua bagian dari sistem
dan Anda dapat mendeteksi input dan output sebuah sistem. Jelasnya, kita dapat
mengoperasikan atau memanipulasi sistem dengan mengubah input sistem tersebut
dan mengerjakannya dengan sembarangan dengan mekanisme pemrosesannya.
Sibernetika
sebagai wilayah kajian, merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan
diri pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol. Konsep ini
mengarahkan pada pertanyaan bagaimana sesuatu saling memengaruhi satu sama
lainnya dalam cara yang tidak berujung, bagaimana sistem mempertahankan
kontrol, bagaimana mendapatkan keseimbangan, serta bagaimana putaran
timbal-balik dapat mempertahankan keseimbangan dan membuat perubahan.
Keunggulan teori tradisi sibernetika sangat cocok untuk memahami sebuah
hubungan, namun kurang efektif dalam memahami perbedaan-perbedaan individu di
antara bagian sistem.
C.
Tradisi
Sosial Budaya
Komunikasi
sebagai penciptaan dari realitas sosial, tradisi sosial budaya berangkat dari kajian antropologi.
Bahwa komunikasi berlangsung dalam kontek budaya tertentu
karenanya komunikasi dipengaruhi dan kebudayaan suatu masyarakat. Media massa,
atau individu ketika melakukan aktivitas komunikasi ikut ditentukan
faktor-faktor situasional tertentu. Beberapa figur penting disini adalah James
Lull, Geertz, Erving Goffman, George H. Mead, dan sebagainya.
Teori sosiokultural lebih menekankan
gagasan dan tertarik untuk mempelajari pada cara bagaimana masyarakat secara
bersama-sama menciptakan realitas dari kelompok sosial, organisasi dan budaya
mereka. Sosiokultural digunakan dalam topik-topik tentang diri individu,
percakapan, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat. Model ini
menjadikan tatanan sosial sebagai pusatnya dan memandang komunikasi sebagai
perekat masyarakat. Tantangan dan permasalahan yang dituju meliputi konflik,
perebutan, dan kesalahan mengartikan. Dalam rangka berargumentasi, para ilmuan
dalam tradisi ini akan menggunakan bahasa yang mencirikan unsur-unsur seperti
masyarakat, struktur, ritual, peraturan dan budaya. Tradisi ini juga sependapat
dengan pemisahan interaksi manusia dari struktur sosial.
Pendekatan interaksi simbolik, konstruktivisme merupakan hal
yang penting disini. Interaksi simbolik menekankan pada bagaimana manusia aktif
melakukan pemaknaan terhadap realitas yang dihadapi. Hal ini dapat membantu
menjelaskan dalam proses komunikasi antar personal. Sedangkan konstruktivisme
menekankan pada proses pembentukan realitas secara simbolik. Maka komunikasi
baik bermedia maupun antar pribadi sesungguhnya dapat dilihat sebagai proses
pembentukan realitas. Adapun varian dari tradisi ini adalah:
Ø Interaksi symbolic, merupakan hal yang sangat
berpengaruh dalam ilmu sosiologi oleh George Herbert Mead dan Z Herbert Blumer
yang menekankan pentingnya pengamatan dalam studi komunikasi sebagai cara untuk
dari menyelidiki hubungan sosial.
Ø Konstruksi Sosial, pada cabang ini menginvestigasi
bagaimana pengetahuan manusia dikonstruksi melalui interaksi sosial.
Ø Sosial Linguistik, Ludwig Wittgenstein seorang filosof
Jerman bahwa arti dari bahasa tergantung pada penggunaannya.
D. Tradisi
Kritis
Komunikasi sebagai hasil dari
perefleksian sebuah wacana, tradisi ini berangkat dari asumi teori-teori
kritis yang memperhatikan terdapatnya kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi
dilihat dari sudut kritis. Bahwa komunikasi disatu sisi telah ditandai dengan
proses dominasi oleh kelompok yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah.
Pada sisi lain, aktifitas komunikasi mestinya menjadi proses artikulasi bagi
kepentingan kelompok masyarakat yang lemah. Tradisi ini dapat menjelaskan baik
lingkup komunikasi antar personal maupun komunikasi bermedia. Tradisi ini
tampak kental dengan pembelaan terhadap kalangan yang lemah. Komunikasi
diharapkan berperan dalam proses transformasi masyarakat yang lemah. Dalam teori
kritis secara konsisten terdapat tiga ciri masyarakat kontemporer yaitu
1. Kontrol bahasa untuk mengabadikan ketidakseimbangan kekuatan
2. Peran media massa dalam menumpulkan kepekaan terhadap penindasan.
3. Blind ketergantungan pada metode ilmiah dan penerimaan tidak kritis.
1. Kontrol bahasa untuk mengabadikan ketidakseimbangan kekuatan
2. Peran media massa dalam menumpulkan kepekaan terhadap penindasan.
3. Blind ketergantungan pada metode ilmiah dan penerimaan tidak kritis.
Beberapa figur
penting dapat disebut seperti Noam Chomsky, Herbert Schiller, Ben Bagdikian, C.
Wright Mills, dan sebagainya yang pemikiran mereka menyoroti tentang media.
Varian dari Tradisi ini adalah :
1. Marxisme, merupakan peletak dasar dari tradisi
kritis ini . Marx mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari segala
struktur sosial.
2. Kritik Politik ekonomi,
pandangan ini merupakan revisi terhadap Marxisme yang dinilai terlalu menyederhanakan
realitas kedalam dua kubu yaitu kalangan penguasa dan kalangan tertindas
berdasarkan kepentingan ekonomi.
3. Aliran Frankfurt,
memperkenalkan bahwa aliran kritis mampu menawarkan suatu interkoneksi
dan pengujian yang menyeluruh tentang perubahan bentuk dari masyarakat, kultur
ekonomi, dan kesadaran.
4. Posmodernisme,
ditandai dengan sifat relativitas, tidak ada standarisasi nilai, menolak
pengetahuan yang sudah jadi dan dianggap sebagai sesuatu yang sakral.
5. Cultural studies,
memusatkan pada perubahan sosial dari tempat yang menguntungkan dari kultur itu
sendiri.
6. Post Colonial, mengacu pada semua kultur yang
dipengaruhi oleh proses imperial dari masa penjajahan sampai saat ini.
7. Feminist studies,
penelitian mengenai feminis telah
bertahun-tahun menjadi ranah yang sangat berpengaruh dalam tradisi kritis.
Feminisme telah didefinisikan dalam banyak cara, salah satunya adalah definisi
yang menyebutkan feminisme sebagai gerakan untuk mengamankan hak-hak bagi
perempuan untuk upaya mengakhiri segala bentuk penindasan. Jadi sarjana, saat
ini lebih cenderung untuk berbicara tentang feminisme dalam bentuk jamak
daripada tunggal. Kajian feminis pertama dimulai dengan fokus pada gender
dan berusaha untuk membedakan antara seks sebagai kategori biologis, dan gender
yang merupakan hasil dari konstruksi
sosial. Mereka, para sarjana yang bergelut dengan kajian feminisme, telah
meneliti, mengkritik dan menantang asumsi dan praktek mengenai maskulinitas dan
feminitas yang meliputi semua aspek kehidupan, dalam upaya untuk mencapai cara
yang lebih membebaskan bagi perempuan. Namun demikian, penelitian mengenai
feminis lebih dari sekadar sebuah studi mengenai gender. Feminisme
berusaha untuk menawarkan teori yang berpusat pusat pada pengalaman perempuan
dan untuk mengartikulasikan hubungan antara kategori gender dan kategori sosial
lainnya, termasuk ras, etnis, kelas, dan seksualitas. Akhir-akhir ini,
studi mengenai bagaimana praktek komunikasi berfungsi untuk menyebarkan
ideologi gender dalam wacana yang dimediasi (mediated discourse) telah
menjadi sangat menonjol, yang mencerminkan keberlangsungan kajian budaya (cultural
studies) dalam disiplin komunikasi. Juga yang menjadi semakin jelas adalah
studi mengenai contoh positif dari gaya (style) dan praktek komunikasi
yang dapat memberikan model peran untuk bagaimana mencapai perubahan yang
konsisten dengan nilai-nilai feminis.
Kelompok
teori-teori dalam tradisi ini cenderung komunikasi sebagai suatu tatanan sosial
yang menyangkut kekuasaan dan penindasan. Teori-teori kritis menanggapi
permasalahan tentang ideologi, kekuasaan, dan dominasi. Wacana kritis meliputi
ideologi, dialektika, penindasan, kebangkitan kesadaran, resistansi, dan
emansipasi. Tradisi ini mendorong pendekatan kepada teori yang meliputi
mengekalkan kekuasaan diri sendiri, nilai kebebasan antara kemerdekaan dan
persamaan, dan pentingnya diskusi.
Tradisi
Kritis
Dalam
tradisi kritis, sebuah kritik besar kelompok-kelompok kecil telah dating dari
sarjana feminis, dimulai dari beberapa perbedaan dasar yang dibuat oleh Bales.
Kritik
feminis teori kelompok kecil, kelompok sarjana mengerjakan dari perspektif
feminis menyarankan bahwa Bales adalah perbedaan antara tugas dan upaya
sosioemosional, yang mana pengaruh banyak pekerjaan di grup komunikasi kecil
mungkin terlalu sewenang-wenang. Untuk instansi, Bales mengklarifikasikan
pernyataan setuju dan tidak setuju sebagai emosional, meskipun pernyataan itu
juga bisa dianggap, sebagai penggerak agenda tugas kedepan. Sarjana feminis
menanyakan apakah sistem kodebales mendorong persepsi stereotip kerja kelompok
menyamakan tugas dengan seorang pria persepsi dan emosi dengan emosi dengan
persepsi wanita. Demikian pula, para sarjana ini mempertanyakan temuan yang
menunjukan bahwa kelompok tugas laki-laki mengungguli orang perempuan. Mereka
menyarankan bahwa definisi kritis dibuat dengan perbedaan jika tugas yang
sangat sosial diperlukan kelompok perempuan biasanya mengungguli laki-laki.
Mengejar
kekhawatiran lainya, feminis juga menanyakan penelitian mempertanyakan itu
menunjukan bahwa wanita menampilkan seks
perilaku stereotipik dalam kelompok melebihi laki-laki. Sarjana kritis feminis
meminta bahwa pebeliti memriksa asumsi mereka membuat tentang seks gender dalam
kelompok kecil dan tidak membua keputusan berdasarkan tradisi atau diharapkan
dari seks atau gender. Tentusaja, mereka menyarankan bahwa seks dan gender
mempersulit pemahaman kita tentang bagaimana fungsi kelompok dan bahwa setiap
upaya harus dilakukan untuk mengerti bagaimana semua variable ( yang juga
termasuk harapan dan jenis stereo) wawancara dalam proses kelompok kritik
feminis pendekatan tradisional untuk kelompok juga berpusat pada keterbatasan
deskripsi adat model adat input-proses-output. Fokud feminism tentang bagaimana
bahasa berinteraksi dengan identitas gender untuk membentuk hasilhasil
tertentu. Daerah yang tidak diselidiki oleh banyak teori kelompok tradisional.
Misalnya, bagaimana proyek kelompok menjadi gender diketik, dan cangkul apakah
itumengetik jenis kelamin kemudian mempengaruhi hasil dan proses kelompok masa
depan? Peneliti feminis tidak setuju tentang apakah jenis kelamin yang berbeda
adalah hasil dari struktur sosial. Dengan kata lain, yang merupakan ayam dan
yang telur? Apakah perbedaan gender menyebabkan perpecahan dalam kelompok, atau
apakah memimpin truktur kelompok itu sendiri untuk perbedaan gender antara
anggota? Terlepas dari perspektif, sarjana feminis dengan memperkenalkan gender
sebagai variable tak terhindarkan dan interfensi, telah membuat kontribusi
penting untuk pengertian kami berfungsi kelompok sebagai proses berhubung
dengan sibernetika.
Persimpangan
jelas antara ulama kelompok feminis dan komunikasi terjadi dengan kelompok yang
dapat dipercaya, terutama dalam hal fokus pada permeabilitas batas dan saling ketergantungan dari kelompok dan
konteks. Sarjana feminis telah mengangkat berbagai pertanyaan tentang pengolahan
kelompok yang mendukung saling ketergantungan dari kelompok dan konteks untuk
kelompok perempuan pada khususnya, banyak sarjana feminis menunjukkan bahwa fokus tugas di
androsentris (pusat
laki-laki) dan kapitalistik dan mungkin tidak mewakili alasan untuk pembentukan
kelompok banyak wanita. Kelompok perempuan sering kurang tertarik pada hasil dan peformances kelompok
tradisional -kurang tertarik untuk melakukan dan lebih tertarik menjadi. Konteks di mana kelompok-kelompok yang ada memiliki banyak
yang harus dilakukan dengan fokus seperti itu, banyak perempuan dalam budaya AS telah menghabiskan
hidup mereka melakukan untuk lainnya, suami, anak-anak, tempat kerja, dan kelompok-kelompok
mereka tertarik saat mereka tumbuh dewasa cukup bertentangan dengan gambar
tradisional kelompok, contoh yang baik dari ini adalah dalam masyarakat Red Hat
populer untuk wanita berusia lebih dari 50 tahun. Itu mengambil nama dari sebuah puisi oleh Jenny Joseph
disebut "Peringatan", yang dimulai, "Ketika saya seorang wanita tua, saya akan
memakai ungu atau dengan topi merah yang tidak pergi dan tidak cocok
untukku". Masyarakat
tidak memiliki undang-undang dan telah melarang pertemuan, konvensi fitur toko
bermain daripada lokal
karya, tidak ada kelompok yang mengatakan apa yang harus
dilakukan atau ketika melakukannya. Ungu dan merah adalah saran yang sangat kuat dan bahwa
sekitar meringkas aturan. Penelitian tentang kinerja kelompok maka menurut ulama
feminis, harus diperluas untuk mencakup pengertian tentang kesejahteraan
dukungan dan menyenangkan selain produktivitas kelompok tradisional.
Sarjana feminis juga mendukung
upaya seperti teori kelompok kerja intercultular efektif, dengan fokus pada
partisipasi yang setara dan kerja sama hormat sebagai cara untuk bernegosiasi kelompok kerja
yang beragam secara efektif, dalam terang keinginan mereka untuk mengembangkan
strategi untuk mengakhiri penindasan dan untuk mengurangi kekuasaan dan status,
feminis melihat teori ini sebagai artikulasi praktik komunikasi yang lebih
egaliter dalam pengaturan grup. Dalam tradisi sociocultular, sarjana feminis telah
diuraikan secara khusus pada teori strukturasi kelompok karena cara-cara ini
mengenali dan tergantung pada proses luar untuk memahami dinamika kelompok. Cendikiawan kelompok feminis telah meneliti kekuatan cara dan status di masyarakat
pada umumnya mempengaruhi yang mengasumsikan kepemimpinan dalam kelompok, peran
konteks semakin anonim dan teknologi untuk mempengaruhi keanggotaan kelompok
dan kontribusi, dan bagaimana kekuatan eksternal seperti waktu, tenaga, dan
status mempengaruhi kelompok pembentukan.
Cendikiawan feminis tertarik dalam kelompok, maka telah menantang divisi seks
sederhana dan asumsi yang menginformasikan kerja kelompok awal. Mereka telah
menegaskan pendekatan yang memperhitungkan kekuatan masyarakat akun yang
mempengaruhi pembentukan kelompok, pengolahan, dan norma-norma, akhirnya
mencari cara untuk mengurangi struktur sosial yang tidak seimbang yang terus
mempromosikan hierarki gender yang ada.
Tugas teori-teori komunikasi
Kelompok yang penting untuk individu dan masyarakat. Sebagai
seseorang yang bergerak di dunia, kerjasama menjadi satu hal yang penting dalam
mencapai tujuan hidup. Orang menggunakan komunikasi untukberbagi sumber daya
sebagai pemecahanmasalah, dan komunikasi kelompokmenjadi tidak hanya alat untuk
tugas-tugas mencapai tetapijuga sarana membangun hubungan.
Teori komunikasi kelompok kecil membentuk tradisi yang berbeda.
Benang umum dan garis pengaruh yang jelas dan memberikan koherensi yang
mengikat pekerjaan ini. Seperti yang kita survey dari teori tersebut, maka akan
diringkas dalam baba ini mengenai beerapa generalisasi yang jelas.
1.
Kelompok tidak
dapat dipisahkan dari konteks dimana mereka bekerja.
Komunikasi
kelompok dapat dilihat sebagai sistem input, proses internal, dan output. Masukan
mencakup informasi, sumber daya kelompok, dan karakteristik tugas. Proses
tersebut mencakup interaksi kelompok dan pengembangan keputusan, dan output
termasuk tugas-tugas diselesaikan serta hubungan interpersonal. Meresap dalam
bidang ini, proses input output model mengingatkan kita pada fakta bahwa
kelompok ada dalam sistem yang lebih besar. Ketika kita berkomunikasi dalam
kelompok, kita perlu memperhatikan sifat dan kualitas input dan menjadi lebih
sadar akan cara dimana tindakan kita dalam suatu kelompok menciptakan efek yang
mempengaruhi lingkungan yang lebih besar dalam beberapa cara, serta kelompok
itu sendiri.
Tradisional,
kita berpikir tentang kelompok sebagai setting untuk hidup, interaksi tatap
muka. Pemahaman umum kelompok ini berubah dengan cepat, karena internet
memungkinkan kelompok untuk membentuk dan bekerja sama tanpa diruangan yang
sama dan berinteraksi langsung dan secarabersamaan. Bangkitnya teknologi
komunikasi menperluas kemampuan kelompok, tetapi apakah hidup selalu dibantu
atau komputer. Kelompok masih merupakan bagian dari lingkungan besar dan dapat
dicirikan dengan model input proses outpun dasar.
Meskipun
sering digunakan, model input-proses-output sederhana memungkiri kompleksitas
grup nyata dalam konteks. Meskipun mengakui memiliki sistem yang lebih besar,
model ini bergantung pada gagasan grup seperti wadah. Anda mungkin menuangkan
hal-hal kedalamnya dan tuangkan al dari itu, tapi batas wadah masih kedap.
Dalam kritik diperpanjang studi kelompok tradisional, Putnam dan Stohl menulis
bahwa kelompok Bonafide tak lepas dari konteksnya. Dalam 15 tahun tau lebih
karena mereka awalnya disajikan kelompok bonafide, penelitian telah menjadi
lebih kontekstual. Sebagai salah satu contoh, Lawrence Frey memiliki volume
yang baru-baru terkenal mengenai studi kasus kelompok bonafide menggambarkan
fokus memperluas kerja ini.
Studi
volume Frey menunjukkan bahwa analisis lengkap dari fungsi kelompok membutuhkan
perhatian yang cermat untuk interface antara kelompok-kelompok. Ketika anda
bekerja dalam suatu kelompok, berpikir tentang kendala dan peluang bahwa
kelompok-kelompok yang tumpang tindih memberikan. Sumber apa yang mengalir
kedalam kelompok karena keanggotaan fluida ? apa tantangan khusus melakukan
kelompok wajah dalam mengelola bonafide, sifat sistematik kelompok ? anda dapat
mengantisipasi apa efek kelompok akan memiliki pada kelompoklain dan bagaimana
ini mungkin nantinya peluang terbuka atau menyebabkan kendala bagi kelompok
yang erlibat?
Kami
pernahbekerja di sebuah departemen universitas yang memiliki kursi departemen
berputar, setiap 3 tahun, anggota lain dari departemen akan menjadi anggota dan
memduduki kursi. Akhirnya, yang paling fakultas telahdiputar ke posisi kursi
pada satu waktu atau yang lain. Sistem ini adalah sumber daya yang hebat untuk
departemen karena departemen kursi bekerja dengan beberapa kelompok
administratif yang fakultas biasa tidak menemukan, mengembangkan perspektif
yang dapat sangat berharga untuk departemen. Karena semakin banyak fakultas
memiliki kontak dengan kelompok-kelompok diluar, sumberdaya keseluruhan
departemen diperluas, membuat kelompok semakin efektif. Sistem berputar kursi
dibuat oleh loop cybernetic yang tersedia input steady dari perspektif segar.
Semua
kelompok- dari keluarga untuk komunitas klup-yang bonafide, tetapi arti dari
konteks adalah tempat yang jelas seperti dalam organisasi. David Seibold
percaya bahwa organisasi dan kelompok peneliti telah melakukan pekerjaan mereka
dengan cara yang cenderung memisahkan konteks ini, padahal sebenarnya mereka
sangat erat terkait bahwa mereka tidak harus dibagi.
Dalam
bab berikut (bab 9), kami menyajikan sejumlah teori komunikasi organisasi.
Karena organisasi yang dibangun melalui jaringan kelompok, garis antara
organisasi dan kelompok baik-baik saja, dan perbedaan antara komunikasi
organisasi dan komunikasi grup kabur, memang.
2.
Kerja kelompok
yang efektif dengan menyelesaikan tugas dan membangun hubungan interpersonal.
Ide
ini muncul di hampir semua teori yang dibahas dalam bab ini. Energi tugas diarahkan
pada pemecahan masalah, dan energi antar pribadi diarahkan pada pemeliharaan
dan hubungan kelompok. Kelompok efeectiveness tampaknya tergantung pada
keseimbangan antara kedua aspek komunikasi, dan perhatian yang cukup baik dapat
menyebabkan ketidakpuasan dan pengambilan keputusan yang buruk. Tugas dan
fungsi relasional yang dicampur, anda sering memenuhi kedua tugas dan fungsi
sosial dalam satu pernyataan. Ketika mengklasifikasikan perilaku kelompok,
memisahkan fungsi-fungsi ini sulit.
Teori
grup-komunikasi mengajarkan perlunya keseimbangan. Anda tidak bisa melakukan
pekerjaan yang baik sebagai sebuah kelompok tanpa memperhatikan
hubungan-hubungan serta tugas, dengan cara yang mengakui hubungan antara
keduanya. Kami bekerja pada hubungan, bukan hanya untuk membuat kita merasa
baik tetapi karena ikatan relational memungkinkan kita untuk bekerja secara
efektif pada tugas. Opposide juga benar : berhasil menyelesaikan tugas juga
dapat membantu membangun hubungan yang kuat. Berpikir tentang kelompok terbaik
yang telah dikenal. Kelompok tersebut mungkin baik untuk alsan yang berbeda,
tapi satu elemen umum adalah pasti campuran yang tepat dari hubugan kerja yang
kuat dikombinasikan dengan sukses tugas prestasi.
3.
Proses dan
srtuktur sangat erat bersama-sama.
Ide
strukturasi sebenarnya cukup sederhana : praktik kelompok menciptakan struktur
yang mempengaruhi praktek masa depan. Dengan kata lain , tindakan memiliki
konsekuensi untuk tindakan di masa depan. Karena kita yang paling prihatin
tentang isi dari diskusi kita pada saat tertentu, sulit untuk mengawasi masalah
yang lebih besar ini, namun proses yang digunakan oleh kelompok tidak membuat
jenis tertentu dunia sosial yang menghadirkan peluang dan kendala pada kelompok
di masa depan. Untuk alasan ini, kelompok perlu memperhatikan proses.
Anggota
kelompok yang sering bertanya “Apa” pertanyaan : apa yang kita perlu bicarakan
? apa yang ingin kita capai ? apa yang kita coba lakukan ? kelompok yang
efektif harus menambhakan “bagaimana “ pertanyaan : bagaimana kita harus
mengatasi maslah ini ? .....
Strukturasi
dapat memiliki beberapa jenis efek. Itu akan menentukan, misalnya, apa yang
individu dapat dan jangan katakan dalam kelompok.penelitian Bales di awal
1950-an bahkan menunjukkan bahwa komentar kelompok yang tidak merata. Hal ini
menunjukkan bagaimana jenis tertentu dari laporan bentuk interaksi kelompok dan
peran yang ditugaskan untuk individu.
Contoh
lain, polainteraksi dalam kelompok menentukan struktur pembangunan keputusan.
Interaksi menggabungkan ke dalam segmen kegiatan, yang pada gilirannya,
bergabung menjadi fase. Beberapa teori dalam bab ini mengatasi masalah ini, dan
tampaknya jelas bahwa hati-hati, pertimbangan penting adalah unsur penting.
4.
Kerja kelompok
yang efektif memerlukan attention berhati-hati untuk kualitas komunikasi,
berpikir kreatif, dan berpikir critikal.
Tren
keempat dalam teori kelompok kecil adalah bunga dalam efektivitas, sebagai
tradisi the functionalist dengan baik menggambarkan. Misalnya, teori Janis dan
Hirokawa ini memberikan panduan untuk meningkatkan fungsi kelompok. Mereka
menyarankan cara menjaga terhadap berbagai bahaya dalam kelompok. Konsistent
dengan pengalaman sehari-hari dari kelompok dalam masyarakat kita, teori-teori
tersebut memiliki potensi praktis dalam membantu kelompok tersebut menjadi
lebih efektif.
Dennis
gouran, pemimpin dalam teori fungsional-kelompok, menguraikan beberapa daerah
dimana keterampilan dapat peduli dalam efektivitas kelompok : tugas,
relational, dan prosedural. Tugas skill meliput (1) pengakuan masalah dan
framing;(2) inferensi gambar; (3) generasi idea; (4) argumen. Keterampilan
relational meliputi : (1) kepemimpinan; (2) bangunan iklim; (3) dan managemen
konflik. Keterampilan prosedural meliputi (1) perencanaan; dan (2) proses
berlakunya. Dalam bidang komunikasi kelompok, kemudian, prakmatik telah
penting. Banyak dari karya ini telah kuat dalam membantu kita mengajarkan
peserta kelompok bagaimana menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Sama
dengan komunikasi organisasi, seperti yang akan kita lihat dalam baba
berikutnya.
Teori fungsional
Tori
fungsional menggunakan komunikasi kelompok, melihat proses sebagai instrumen
oleh keloompok mana membuat decisons, menekankan hubungan antara kualitas
komunikasi dan kualitas output kelompok.komunikasi adalah sebuah hal- atau
fungsi dalam sebuah cara-untuk menentukan hasil kelompok. Itu adalah sarana
berbagai informasi,cara anggota kelompok mengeksplorasi dan mengidentifikasi
kesalahan dalam berpikir dan merupakan dari persuation. Meskipun metode penelitian
yang digunakan untuk mempelajari fungsi kelompok mirip dengan yang biasa
terlihat dalam tradisi sosio psikologis, kami telah plecced di bagian ini
karena kekerabatan yang kuat dengan tradisional sosiokultural yang telah
melihat bagaimana kelompok bekerja.
Pendekatan
fungsional sangat mempengaruhi oleh pragmatik untuk mengajar diskusi kelompok
kecil. Didasarkan dalam ukuran besar pada karya filusuf John Dewey, yang sejak
terbitnya “Bagaimana Kita Pikirkan “ pada tahun 1910, telah sangat mempengaruhi
pemikiran pragmatis abad ke-20.
Randy
Hirokawa dan rekan-rekannya telah menjadi pemimpin dalam tradisi fungsional,
dan deskripsi mereka dari kelompok proses pengambilan keputusan mencerminkan
bahwa Dewey, pekerjaan mereka melihat berbagai kesalahan yang kelompok dapat
membuat, bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang kelompok perlu
mempertimbangkan untuk menjadi lebih efektif.
Kelompok
biasanya memulai dengan identifikasi dan menilai maslah. Hirokawa dan
rekan-rekannya mengidentifikasi berbagai pertanyaan umum untuk tahap ini : apa
yang terjadi ? mengapa ? siapa yang terlibat ? apa salahnya mengkibatkan ? yang
terluka? Berikutnya, kelompok mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang
msalah, sebagai kelompok membahas solusi yang mungkin, informasi terus
dikumpulkan.
Groupthink theory
Janis
menemukan 6 hal negatif dari group tkhing, ialah :
1.
Kelompok
membatasi diskusi untuk hanya beberapa alternatif tanpa cosidering sebuah fange
penuh kemungkinan kreatif. Solusinya mungkin tampak jelas dan sederhana untuk
kelompok, dan ada sedikit eksplorasi ide lainnya.
2.
Posisi awalnya
disukai oleh sebagian besar anggota tidak pernah restudied untik mencari
perangkap kurang jelas. Dengan kata lain, group tidak sangat kritis dalam
memeriksa konsekuensi dari solusi yang lebih disukai.
3.
Kelompok gagal
untk menguji kembali alternalif” awalnya yang disfavored oleh mayoritas. Opini
minoritas yang cepat diberhetikan, tidak hanya oleh mayoritas tetapi juga oleh
yang awalnya mereka sukai.
4.
Pendapat ahli
tidak dicari. Kelompok ini statisfied dengan dirinya sendiri dan kemempuannya
untuk embuat keputusan dan mungkin merasa terancam oleh orang luar.
5.
Kelompok sangat
selktif dalam mengumpulkan dan menghadiri untuk informasi yang tersedia.
Anggota cenderung berkonsentrasi hanya pada informasi yang mendukung rencana
yang disukai.
6.
Kelompok ini
begitu percaya diri dalam ide-ide yang tidak mempertimbangkan recana
kontingensi. Itu tidak meramalkan atau merencana untuk kemungkinan kegagalan.
Jenis
langkah-langkah akan memecahkan maslah groupthink di deciduring proses
pengambilan keputusan :
1.
Mendorong semua
orang untuk menjadi evaluator kritis dan untuk mengekspresikan pemesanan selama
proses pengambilan keputusan.
2.
Tidak memiliki
negara pemimpin prefensi depan.
3.
Mengatur
beberapa kelompok pembuatan kebijakan yang independen dan terpisah.
4.
Dibagi menjasi
sub-group.
5.
Mendiskusikan
apa yang terjadi dengan orang lain di luar kelompok.
6.
Mengundang
orang luar kedalam group untuk membawa ide-ide segar.
7.
Menetapkan
seorang individu menjadi advokad iblis.
8.
Menghabiskan
waktu yang cukup untuk surverying sinyal peringatan.
9.
Mengadakan
pertemuan kedua kesempatan untuk mempertimbangkan kembali keputusan sebelum
menyelesaikannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Singkatnya tentang group, terjadi manakala ada semacam
keadaan menuju satu titik pertemuan pikiran, rasa, visi, dan nilai-nilai di
dalam sebuah kelompok menjadi sebuah kepentingan yang keberadaannya dapat
dibedakan terhadap kepentingan kelompok, dan orang-orang yang berada dalam
kelompok itu dilihat tidak sebagai individu, tetapi sebagai sebuah proses atau
keadaan yang ditempatkan sebagai suatu perwakilan terhadap sebuah sikap atau
perbuatan dari kelompoknya. Apa
yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan adalah kesepakatan satu kelompok. Tidak
sedikit keputusan-keputusan yang dibuat secara group itu yang berlawanan dengan
hati nurani anggotanya, maupun orang lain di luarnya. Namun mengingat itu
kepentingan kelompok, maka mau tidak mau semua anggota kelompok harus kompak
mengikuti arah yang sama agar tercapai suatu kesepakatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Stephen W. Littlejohn,
Karen A Foss. Theories of Human
Communication
Anggota akan berhadapan secara
bersmaaan dengan tugasdan interpersonal hambatan. Perbedaan mendasar antara pekerjaan
tugas dan hubungan interpersonal telah menjadi perhatian utama dalam penelitian dan teori komunikasi kelompok
kecil. Kedua jenis perilaku yang penting untuk produktivitas, dan analisis kelompok
pemecahan masalah harus berurusan dengan keduanya. Ketika tugas dan pekerjaan
interpersonal yang terintegrasi secara efektif, efek perakitan terjadi dimana solusi
kelompok atau produk superior untuk pekerjaan individ ubahkan anggota terbaik.
Jadi mislanya, jika klub bertemu untuk merencanakan pihnik dan menangani hubungan
interpersonal dan pekerjaan tugas dengan baik, bahkan harus berubah menjadi lebih
baik dari pada jika hanya satu orang yang direncankan itu. Imbalan kelompok dapat
menjadi positif atau negatif, dan ini berlaku untuk kedua tugas dan pekerjaan
interpersonal. Sebuah proyek kelas yang
sukses, Misalnya adalah hadiah tugas dan menyenangkan involed dalam perencanaan
itu adalah hafia interpersonal. Jikapekerjaan
di lakukandenganbaikdan di nikmatioleh para anggota, pekerjaan masa
depanmerekabersama-samaakanterpengaruhdengancara yang positif.
Jikamemintatidakdilakukandenganbaikatauanggotatidakmenangani differences
merekadenganbaik, umpanbaliknegatifdapatmembuatlebihsulit.
Pikirkanupayakelompoksebagaisemacam
energy. Beberapa energy masukdalammemecahkanrintangantugas,
danbeberapamasukkeberuurusandengan orang-orang intrerpersonal.
Raymoncatellmenggunaanistilahsinergiuntukupayakelompokini. Jumlah energy yang
dituukanmasalahantarpribadidisebutsinergiintrinsik, dan energy yang
tersisatersediauntuktugasiniadlahsinergi yang efektif.
Jikasinergimemilikiefektivitas yang tinggimakatugasakanterselesaikan.
Jikatidakdilakukanituakanburuk. Tingkat sinergidalamkelompokdihasilkandarisikapanggotaterhadapsatusama
lain. Konflikmengharuskanbanyak energy untupemeliharaankelompok,
meninggalkansedikituntukpenyelesaiantugas. Disisi lain
jikaindividumemilikisikap yang sama, tidakperluinvestasi interpersonal,
dansinergi yang lebihefektifdanbesar.
Teoriinteraksi
Fisher
Walaupunteori
yang dikemukakan Bales
disebutinteraksionalitusangattepatdenganaktivitasindividu. Aubrey Fisher dan
Leonard memaknainyasebagai system model
manusia.beberapapenulispercayabahwapendekatan yang tepatterhadappembelajarankomunikasiadalah
model system interaksi yang mengasosiasitindakan.
Interkasiinimerupakantindakandariseseorangdiikutioleh orang lain.
Contohnyayaitupernyataan-pernyataandansalam-salam.
Iniharusdiamatikarenabukanperilaku individual yang hanyamemberisugestimelainkanlanjutandantindakanlawanbicara.
Ineraksidapatdiklasifikasikanmelaluidimensikontendandimensihubungan.
Contohnyajikaseseorangmemberikanpertanyaan, kamumungkinakanmenjawabnya,
dansaatpertanyaanitutidakdijawabmungkinkamuberfikiriupertanyaantidakpenting.
Disinijawabanmuadalahdimensikontendankediamanataspertanyaanadalah nonverbal
dimensihubungan.
Dalamteori
“Theory of decision emergence”, Fisher membagiempattahamdalamtugaskelompok ;
orientasi, konflik, kemunculandanpenguatankembali.Fishermencatatinteraksiberubahmenjadiformulasikeputusangrupdansolidaritas.
- Tahaporientasi, meningkatkanklarifikasidanmulaimelihatsudutpandang. Level tinggidaripersetujuandalam level inidankomenterkadangdibuatpadakelompokuntukmengujigrup. Kedua, kualifikasidanpercobaandalamtahapiniseseorangmerabauntukmemahamidanmempelajari.
- Tahapkonflikberisibesarnyapendapat. Orang ditahapankeduainimulaimengukuhkansikapnyasendiridanlebihbanyakpolarisasi. Para angggotaberdebatdanberusahamengajakataumempengaruhi, danmerekabisamembentukkoalisi. Koalisitersebutakancenderunghilangditahapan yang ketiga.
- Yahapkemunculan, disinitanda-tandakerjasamamuncul. Orang-orang tidakterlalukuuhmempertahankanpendapatnya. Sementaramerekamulanakkanposisimerekadanmenjalaniperubahansikap, kata-kata merekamenjadisemakinambigu. Pendapat-pendapat yang menguntungkanmulaimuncul.
- Tahappenguatanataupegukuhan (reinforcement). Keptusankelompokdalamhalinisemakinkuatdanmendapatpenguatandarianggotakelompok. Kelompokbersatudanbertahandengasolusinya. Pendapathampirsemuanyapositifdanmenguntungkan. Ambiguitas yang adadalamtahapketigacenderungmenghilang.
Teori
fisher adalahcontohdari model faseperkembangankelompok. Model
fasememprediksibahwakelompokitumelaluiserangkaiantahapandalammenanganimasalahatau
set tugas. Karenaada model sepertiitudalamsejarahteorigrupkecil,
pendekatanfasemerupakanpandangandominanpengembangankelompokbaru-baruini.
Teorikerjakelompokefektifantarbudaya
MenurutJhonOetzel“
pemberdayaanbudayadiantaraanggota-anggotakebangsaan, etnik, Bahasa, gender,
jabatan, usia, kelemahan, danlainya, pentingbagikegunaankelompok.
Perbedaanbudaya yang paligpentingdibagidalamtigakelompok; (1) individualism,
(2) kehendakdiri, dan (3)urusanrupa”.
- Individualism kolektivisme :Budayaindividualiscenderunglebihmemikirkantujuansendiridaripadatujuankelompok, sedangkanbudayakolektiviscenderungberpikirsebagaibagiandarikomunitas.
- Kehendakdiri :Bagaimanaanggotamemikirkandirisendiri, yaitubebasdanketergantungan. Budayaindividualislebihcenderungbebas, yaitumelihatdirisendirisebagaipribadi yang unik, sedangkanbudayakolektiviscenderungketergantungan, ataulebihmemikirkanhubungandengan orang lain.
- Urusanrupa :Perbedaandalambagaimanaanggotamengaturkesanpribadi. Rupadiriadalahkesanseseorang, rupa lain melibatkankesan orang lain danrupabersammencakuphubunganantaradirisendiridan orang lain.
Contohbudayakolektivisme
yang kentaldapatterlihatpadakerusuhan supporter bola di Indonesia.
Tujuannyaadalahuntukmenunjukkansiapa yang paling kuatantarakeduapihak.
Semakinheterogensuatukelompok,
makaakansemakinsulituntukberkomunikasiefektifdalamhal, yakni;
partisipasisetara, mufakatberdasaranpengambilankeputusan, manajemenkonflik yang
tidakmendominasi, komunikasipenuhhormat.
TradisinSosiokultural
Cara
pandangsosiokulturalmenekankangagasanbahwarealitasdibangunmelalui poses
interaksi yang terjadidalamkelompok, masyarakatdanbudaya.
Sosiokulturalmengkajiteorikomunikasitentangpemahaman, mana, norma, auran yang
terjadidiluarinteraksikomunikasi. Tradisiini focus
padainteraksiantarindividudaripadakarakteristikindividu. Interaksimerupakan
proses dimanamakna, dannilaibudayabekerja.
Bentuk-bentukteori
yang termasuktradisisosiokultural :
- TeoriStrukturasi.
Strukturadalah
proses yang disengajadanpenuhkonsekuensiserta path padanorma. Secaratradisionaliklimorganisasidipandangsebagaisalahsatu
variable kunci yang
mempengaruhikomunikasidanberikutjugaproduktivitasnyasertakepuasandari para
pekerja.
- Conversation and Teskdalam proses Organisasi
Interaksimenuntunkitauntukberbagimakna
yang akhirnyamembentukpolainteraksikitadalamberorganisasi.
Ketikakitaberkomunikasi, tanpasengajakitamengetahui model ataubentukkomunikasi,
bentukinidisebutcoorientation.
Pokokdaridariprosesadalahketikaberinteraksidanberorientasipada topic, isu,
focus, situasi, ide, keputusan, individu, kelompokdankomunikator yang
bernegosiasiuntukmendapatkanmaknakoherenterhadapobjek.
Pendekatan
Sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap makna, norma,
peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam berkomunikasi.
Tradisi sosiokultural memiliki beragam sudut
pandang, yaitu :
a.
Pahaminteraksisimbolis, paham ini menekankan pada pentignya observasi partisipan
dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial.
b.
Konstruksionisme, yakni bagaimana pengehuan manusia dibentuk melalui interkasisosial.
c.
Sosiolinguistik, manusiamenggunakan Bahasa secaraberbeda dalam kelompok budaya dan
kelompok sosial yang berbeda.
d.
Filosofi Bahasa, makna Bahasa bergantung
pada penggunaan nyatanya.
e.
Etnograf, bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistic
dan non linguisticmereka.
f.
Etnometodologi, bagaimana kita mengelola
atau menghubungkan perilaku dalam interaksi
sosial pada waktu tertentu.
Komentar
Posting Komentar