MAKALAH...MASJID DIMASA KEEMASAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
Masa keemasan dalam sejarah peradaban Islam terjadi pada periode bani Abbasiyah.  Pada periode ini lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M).  pada masanya lahir pula para filsuf, pujangga, ahli baca Al-Qur’an dan para ulama dibidang agama. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah, didalamnya terdapat orang-orang yang membaca, menulis dan berdiskusi.[1] Pada masa ini lembaga dan kegiatan pendidikan berkembang pesat, ilmu pengetahuan menjadi satu keharusan yang harus didalami. Pendidikan anak-anak dimulai di rumahnya masing-masing. Ketika si anak mulai bisa bicara, ayah wajib mengajarinya untuk mengucapkan kalimat tauhid “Laillahaillallah”. Dan ketika ia berumur 6 tahun ia meski diajari untuk melaksanakan shalat.
Sebelum Dinasti Abbasiyah, pusat kegiatan Dunia Islam selalu bermuara di masjid. Masjid dijadikan “Centre of Education”. Dan pada masa Dinasti Abbasiyah inilah mulai adanya pengembangan kelimuan dan teknologi diarahkan ke dalam ma’had dan terdapat beberapa tingkatan.[2]
            Perkembangan pada Dinasti Abbasiyah baik berupa masjid, istana dan bangunan lainya dapat kita lihat dan kita kaji, sebagai bahan pengetahuan bahwa Islam pernah mengalami masa kejayaan , masa keemasan dalam sejarah peradaban dan puncak kekuasaan tertinggi yang mampu diraihnya.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka muncullah suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa saja masjid-masjid pada masa Dinasti Abbasiyah?
2.      Adakah kolerasi antara masjid dengan lembaga pendidikan atau pesantren?

C.     Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas diharapakan penulis maupun pembaca pada makalah ini dapat mengetahui :
1.      Masjid-masjid yang terdapat di masa Dinasti Abbasiyah.
2.      Bagaimana kolerasi antara masjid dengan lembaga pendidikan atau pesantren.

















BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Masjid –Masjid dimasa Dinasti Abbasiyah.
Ø  Beberapa masjid yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah adalah :
a.       Masjid Al-Mansur, dibangun oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur.
b.      Masjid Raya Ar-Risyafah, dibangun oleh Khalifah Al-Mahdi.
c.       Masjid Jami’ Qasar al-Khilafah, dibangun oleh Khalifah Al-Muktafi.
d.      Masjid Qati’ah Umm Ja’far, dibangun oleh Khalifah Al-Muktafi.
e.       Masjid Kufah.
f.       Masjid Raya Samarra. Dibangun oleh Khalifah Al-Mutawakkil.
g.      Masjid Agung Isfahan, dibangun oleh Sultan Maliksyah.
h.      Masjid Talkhatan Baba di Mery.
i.        Masjid Alaudin Kaikobad di Nedge.[3]

Ø  Mengenali masjid-masjid peninggalan Dinasti Abbasiyah.

Nama Masjid
Sejarah
Masjid Al-Mansur

Masjid ini dibangun oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur di Baghdad. Sang khalifah telah mengumpulkan para insinyur, seniman dan dan teknokrat dari seluruh negeri untuk merancang kota perdamaian yaitu kota Baghdad. Desain kotanya berbentuk lingkaran dengan istana setinggi 39 meter dan Masjid Agung sebagai pusatnya. Disekitarnya terdapat beberapa tepat pusat kajian. Salah satunya adalah perpustakaan. Perpustakaan ini dibangun atas dasar inspirasi dari perpustakaan Persia yang lengkap. Terdapat buku-buku ilmu pengetahuan dari umat Hindu, bangsa Persia dan Yunani Kuno dikumpulkan dan dikumpulkan untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun 800-an, ilmu pengobatan, matematika, sains, tumbuh subur diwilayah ini.
Masjid Agung Syah Isfahan
Masjid ini dibangun oleh Sultan Maliksyah. Sultan Abbas 1 membangun Masjid Syah yang merupakan masjid indah dan megah di dunia.[4] Masjid ini berada disebelah Selatan maidan baru dan maidan lama (lapangan tempat terjadinya perdagangan). Disamping dibangunnya masjid agung dan masjid syah juga muncul tipe-tipe masjid yakni dengan adanya masjid madrasah dan masjid kuburan yang didirikan untuk menghormati para pemimpin agama dan para sultan. Masjid ini dijadikan pusat aktivitas umat Islam kala itu. Tempat halaqah dan kajian ilmu agama lainya. [5] Masjid ini terkenal dengan arsitektunya yang menggambarkan kemegawan yang khas Islam.
Masjid Kuffah
Masjid Kuffah adalah salah satu dari 4 peninggalan berupa masjid di kota Kuffah. Kuffah atau yang kita kenal saat ini dengan sebutan Irak.[6] Masjid ini menjadi pusat gerakan ilmiah di Kuffah.
Masjid Agung Samarra
Masjid yang terletak di kota Samarra Irak ini terkenal dengan cirri khasnya bangunan babilonia terletak di 120 km dari kota Baghdad di tepi sungai Tringis. Dibangun atas perintah Khalifah Abbasiyah ke-9 yaitu Al-Mutawakkil. Masjid yang dibangun dengan kemegahan ini memiliki mihrab yang berhiaskan marmer , dan mosaic kaca.  Dibelakang mihrab terdapat bangunan kecil yang digunakan untuk tempat istirahat para imam masjid, seain itu juga pada masa pemerintahan Abbasiyah digunakan untuk menerima kunjungan Khalifah. Dan juga seperti masjid lainnya disamping kanan kiri masjid juga terdapat tempat-tempat pusat kajian ilmu islam, seperti perpustakaan dan lainya. [7]



Ø    Masjid-masjid yang kini berkembang menjadi Universitas ataupun berubah menjadi Gereja :
1.      Masjid Jami Cordova.
Masjid Jami Cordova adalah masjid peninggalan al-Dakhil yang hingga kini masih tegak berdiri. Didirikan pada tahun 170/786 dengan dana 80.000 dinar. [8] Dalam tahun pertama Hisyam 1 menyelesaikan bagian utama masjid ini dan menambah menaranya. Al-Ausath, Al-Nashir, al-Mustanshir dan al-Manshur memperluas dan memperindahnya sehingga menjadi masjid paling indah dan besar pada masanya. Masjid Jami Cordova adalah masjid terbesar diantar 3000 buah masjid di Cordova masa itu. Aktivitas didalamnya pun beragam, mulai dari pembelajaran, pusat kajian, dan yang paling utama adalah tempat untuk beribadah. Disekitar masjid terdapat beberapa bangunan, dan gedung yang dijadikan pusat lembaga pendidikan. Ketika Cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236, masjid ini dijadikan gereja dengan nama Santa Maria[9] tetapi dikalangan masyarakat Spanyol lebih popular dengan sebutan la Mezquita, berasal dari bahasa Arab al-masjid.[10]
2.      Masjid Al-Azhar
Masjid jami’ Al-Azhar ( Masjid yang gemilang) adalah masjid yang dibangun oleh panglima Jauhar Assiqilli di Kairo.  Masjid ini adalah masjid Islam yang paling terkenal sekaligus dikatakan sebagai masjid kampus terbesar. Pada mulannya masjid ini dibangun untuk dijadikan pusat aktivitas umat Islam kala itu, dinamakan Al-Azhar sebagai isyarat kepada Zahra, julukan Fatimah Az-Zahra putri Rosulullah SAW. Seiring berkembangnya zaman masjid Al-Azhar untuk pertama kalinya oleh Daulat Mamalik berfungsi sebagai Universitas pada tahun 1961. Universitas dengan berbagai macam fakultas. Bermula dari pusat tempat kajian untuk umat Islam, pada masa itu, dan berkembang pesatnya pengetahuan menjadi titik pendukung berdirinya Universitas Al-Azhar. Yang kini Al-Azhar dianggap sebagai poros pemikiran Islam, politik dan ilmu-ilmu agama di Mesir dan dunia Islam. Masjid yang memiliki 5 menara dengan macam-macam tipe dan tiga mimbar ini didalamnya terdapat perpustakaan yang sangat besar.[11]
3.      Masjid Jami Zaitunah
Masjid Jami Zaitunah terletak di Tunis, Tunisia. Masjid Agung Zaitunah merupakan salah satu masjid tertua dan terkenal di dunia Islam Masjid ini didirikan pada tahun 734 (116H) oleh Ubaidullah bin al Habhab. Masjid ini terkenal sebagai tempat ibadah dan khususnya memiliki peran ilmiah dan budaya yang terkemuka dan lama sejak awal abad kedua Hijriyah. Memberikan pengajaran Ilmu Agama Islam sejak tahun 120 H, Masjid Zaitunah merupakan masjid perguruan tinggi Arab-Islam tertua dan terus berlanjut mempunyai peran pendidikan selama 13 abad. Masjid ini menurut sejarawan Hasan Husni Abdul Wahhab dikatakan sebagai pengajaran paling awal dan tertua yang didirikan di dunia arab. Perguruan tinggi agama-Islam yang kini kita sebut sebagai Universitas Zaitunah (Universie Zitouna). Masih berlangsung sampai sekarang berawal dari sebuah kelompok belajar Masjid Jami Zaitunah. Ilmuwan yang terkenal sebagai alumni ini adalah Ibnu Khuldun, Ensiklopediawan Ahmad Yusuf bin Ahmad bin Abu Bakar Tifasyi, Penulis Tahar Haddad, Politikus dan Penulis Abdul Aziz ats-Tsalabi, penyair Abdul Qosim Asy-Syabbi, dan ilmuwan M.T Ben Achour.[12]
4.      Masjid Al-Qarrawiyyin.
Masjid Al-Qarrawiyyin didirikan oleh Fatima al-Fihria., putri seorang pedagang kaya bernama Muhammad Al-Fihri. Fatima dan kakanya Maryam yang mendapat warisan dari orang tuanya baik berupa uang dan juga pendidikan, berjanji untuk menghabiskan seluruh warisanya pada pembangunan masjid yang cocok untuk komunitasnya. Selain untuk tempat ibadah masjid Al-Qarrawiyyin berkembang sebagai tempat untuk pembelajaran agama dan diskusi politik, secara bertahap memperluas pendidikan untuk berbagai mata pelajaran, khususnya ilmu alam. Dalam sejarah perkembanganya Masjid Al-Qarrawiyyin yang kini menjadi Universitas Al-Qarrawiyyin ini memainkan peran utama dalam hubungan budaya da akademis antara dunia Islam dan Eropa pada abad pertengahan. Kartografer Mohammad al-Idris mengatakan telah tinggal di Fes untuk beberapa waktu hal ini ditunjukkan bahwa ia mungkin telah bekerja atau belajar di universitas ini. Universitas ini mencetak seorang ilmuwan seperti Ibnu Rushayd al-Sabti, Muhammad bin al-Hajj al-Abdani al-Fasi dan sebagainya.[13]

4.2    Korelasi Antara Masjid Dan Pesantren
Salah satu unsure yang membentuk pesantren adalah masjid. Pada mulanya pesantren berawal dari adanya sebuah Masjid. Pada masa Rosulullah Masjid dijadikan pusat aktivitas umat Islam, juga menempatkan pemeriksaan religious, diskusi dan debat, disamping bertindak sebagai tempat perakitan dan pemujaan komunal, studi pribadi dan meditasi. Pada perkembanganya masjid berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan ilmu. Yang pada masa dulu disebut sebagai madrasah. Semakin banyaknya orang yang menimba ilmu dan mencari ketenangan baik dari tempat yang jauh maupun dekat, menyebabkan terganggunya ketenangan dan kekhusukan dalam beribadah . Alasan inilah yang menjadi salah satu lahirnya gagasan mendirikan lembaga pendidikan diluar masjid, bangunan disamping kanan kiri masjid, yang bisa dimanfaatkan untuk mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum. Dan juga sebagai tempat tinggal untuk para pencari ilmu yang memiliki jarak lumayan jauh. Lembaga pendidikan dimaksud di antaranya adalah madrasah dan tempat tinggal yang disebut sebagai asrama. Dalam tradisi di Indonesia hal semacam ini berkembang nama menjadi Pesantren yaitu lembaga pusat kajian agam yang secara tradisional maupun modern yang siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama. Yang seiring berkembangnya zaman pesantren pun kini mulai mendirikan lembaga-lembaga formal seperti halnya Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, bahkan samapai pada perguruan tinggi. Contoh saja salah satu Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan formal dibawahnya yang bermula dari Pesantren adalah Universitas Sains Al-Qur’an yang didirikan oleh KH. Muntaha Al Hafidz.  Tidak jauh beda dengan pengajaran pada masa.
Sedikit yang membedakan lembaga pusat kajian Islam saat ini dan dulu adalah, bahwa saat ini pesantren banyak dirikan oleh kiai. Dimana kiai ini mendidirkan pesantren dikarenakan banyaknya santri yang ingin belajar agama kepadanya. Sedangkan pusat pembelajaran Islam di masa dulu didirikan bermula dari adanya sebuah masjid yang pada masa itu menjadi pusat aktivitas umat Islam, sehingga untuk menangani umat yang bertempat tinggal jauh maupun untuk menjadi tempat tinggal para penghuni masjid ( orang-orang yang berekonomi rendah). Maka dibangunlah tempat disekitar masjid, yang saat ini disebut sebagai asrama. Jadi pada intinya masjid adalah salah satu unsur dari pesantren, yang dalam perkembanganya tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Masjid masa Abbasiyah.
Masjid-masjid pada masa Abbasiyah (Masa Keemasan) antara lain :
a.       Masjid Al-Mansur, dibangun oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur.
b.      Masjid Raya Ar-Risyafah, dibangun oleh Khalifah Al-Mahdi.
c.       Masjid Jami’ Qasar al-Khilafah, dibangun oleh Khalifah Al-Muktafi.
d.      Masjid Qati’ah Umm Ja’far, dibangun oleh Khalifah Al-Muktafi.
e.       Masjid Kufah.
f.       Masjid Raya Samarra. Dibangun oleh Khalifah Al-Mutawakkil.
g.      Masjid Agung Isfahan, dibangun oleh Sultan Maliksyah.
h.      Masjid Talkhatan Baba di Mery.
i.        Masjid Alaudin Kaikobad di Nedge.
Masjid-masjid yang kini berkembang menjadi Universitas ataupun berubah menjadi Gereja :
1.      Masjid Jami Cordova di Spanyol yang didirikan oleh Al-Dakhil yang saat ini menjadi gereja dengan nama Santa Maria.
2.      Masjid jami’ Al-Azhar ( Masjid yang gemilang) adalah masjid yang dibangun oleh panglima Jauhar Assiqilli di Kairo. Saat ini menjadi Universitas Al-Azhar.
3.      Masjid Jami Zaitunah terletak di Tunis, Tunisia. Masjid Agung Zaitunah merupakan salah satu masjid tertua dan terkenal di dunia Islam Masjid ini didirikan pada tahun 734 (116H) oleh Ubaidullah bin al Habhab. Saat ini menjadi Universitas Zaitunah.
4.      Masjid Al-Qarrawiyyin didirikan oleh Fatima al-Fihria, putri seorang pedagang kaya bernama Muhammad Al-Fihri. Saat ini menjadi Universitas Qarrawiyin.
2.      Korelasi Antara Masjid Dan Pesantren
Salah satu unsure yang membentuk pesantren adalah masjid. Sehingga masjid dan pesantren tidak bisa dipisahkan satu sama lainya. Secara tidak langsung pesantren juga pernah ada pada masa kekhalifahan. Terbukti dengan adanya masjid sebagai pusat aktivitas dan pusat kajian umat Islam yang kemudian disamping-sampingnya berdiri bangunan sebagai tempat tinggal para penuntun ilmu. Ulama dan materi yang disampaikan tentang agama, tidak jauh dari pesantren di Indonesia. Sistem pembelajaran pun tidak jauh beda, seperti halnya halaqah, diskusi dan sebagainya. Perbedaan pesantren saat ini dan dulu di masa khalifah, yaitu bahwa saat ini pesantren didirikan oleh para kiai yang memiliki banyak santri sehingga muncullah gagasan untuk mendirikan pesantren. Sedangkan pada masa dulu lembaga pendidikan islam ( pesantren saat ini) didirikan bermula dari sebuah masjid yang didalamnya digunakan sebagai pusat pengkajian ilmu-ilmu. Seiring waktu banyaknya pencari ilmu dari kejauhan maka didirikanlah tempat tinggal disekitar masjid yang kini disebut sebagai asrama.























DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009.


Dudung Abdurrahman, “Sejarah Peradaban Islam : Dari Klasik Hingga Modern”, Yogyakarta : LESFI, 2012.
http//:Isfahan.anglia.ac.uk/

http//:lampuislam.masjid-bersejarah.html.

http//:versesouniverse.masjid-agung-samarra.html



[1] Samsul Munir AMin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009 , hal. 144
[2] http://www.tongkrongislam.net/2015/09/perkembangan-islam--bidang-pendidikan.html

[3] Samsul Munir A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta :Amzah,2009.
[4] Samsul Munir A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009. Hlm. 289.
[5] http//:Isfahan.anglia.ac.uk/
[6] http//:lampuislam.masjid-bersejarah.html.
[7] http//:versesouniverse.masjid-agung-samarra.html
[8] Dudung Abdurrahman, “Sejarah Peradaban Islam : Dari Klasik Hingga Modern”, Yogyakarta : LESFI, 2012, hlm. 84.
[9] Penulis buku “Sejarah Peradaban Isam : Dari Masa Klasik Hingga Modern” mengutip dari kitab karangan Luthfi Abd al-Badi, Al-Islam fi Asbania (Kairo : Maktabah al Nahdhah al-Mishriyah, 1989).
[10] Ibid., hlm. 85.
[11] https://id.m.wikipedia.org
[12] https://wikipedia.org./wiki/universitas-Zaitunah.html
[13] https://wikipedia.org./wiki/universitas-Qawwiyin-Al.html

Komentar

Postingan Populer