Sosial Psikologis, Sibernetika............



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sudah dari sejak dulu, para ahli antropologi berusaha untuk memahami budaya dengan melakukan penelitian lapangan dan menulis etnografi. Melalui cara kerja yang dilakukan para antropolog tersebut diharapkan sebuah budaya akan dapat dideskripsikan dengan detail, komplet dan akurat. Pada pertengahan tahun 1970, dua orang antropolog, Edwin Ardener (1975) seorang antropologis sosial dari Oxford University dan Shirley Ardener (1978) sebagai rekan kerjanya menunjukkan minat untuk melihat cara kerja para antropolog budaya tersebut di lapangan. Mereka melihat bahwa ternyata para antropolog melakukan penelitiannya dengan lebih banyak berbicara dan bertanya kepada kalangan laki-laki dewasa pada suatu budaya tertentu untuk kemudian mencatatnya dalam etnografi sebagai gambaran budaya secara keseluruhan. Sehingga tidak seluruh porsi dari deskripsi budaya tersebut, seperti perempuan, anak-anak, dan posisi dari pihak yang tak berdaya lainnya, disajikan  sebagai bagian dari cerita budaya tesebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu tradisi sosial psikologis?
2.      Apa itu tradisi sibernetika?
3.      Bagaimana tradisi sosial budaya?
4.      Bagaimana tradisi kritis?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui tradisi sosial psikologis.
2.      Untuk mengetahui tradisi sibernetika.
3.      Untuk mengetahui tradisi sosial budaya.
4.      Untuk mengetahui tradisi kritis.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tradisi sosial psikologis
Teori-teori yang berada di bawah tradisi sosiopsikologi memberikan perhatian antara lain pada perilaku individu, pengaruh, kepribadian dan sifat individu atau bagaimana individu melakukan persepsi. Sosiopsikologi digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, pesan, percakapan, hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Menurut The Yale Attitude Studies (Griffin, 2003:22) dalam formula who says what to whom with what effect, ada tiga variabel yang memiliki sifat persuasif, yakni:
1. Who, sumber pesan (menyangkut keahlian dan kredibilitas).
2. What, isi pesan (topik dan argumen).
3. Whom, karakter penerima pesan (kepribadian, kognisi)
Efek utama yang diukur adalah perubahan pendapat yang dinyatakan melalui skala sikap yang diberikan sebelum dan setelah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan, pendapat (opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh). Teori-teori yang berangkat dari psikologi social juga dapat menjelaskant entang proses-proses yang berlangsung dalam diri manusia dalam proses komunikasi yakni ketika proses membuat pesan dan proses memahami pesan. Manusia dalam proses menghasilkan pesan melibatkan proses yang berlangsung secara internal dalam diri manusia seperti proses berfikir, pembuatan keputusan, sampai dengan proses menggunakan simbol. Demikian pula dalam proses memahami pesan yang diterima, manusia juga menggunakan proses psikologis seperti berpikir, memahami, menggunakan ingatan jangka pendek dan panjang hingga membuat suatu pemaknaan.
Tradisi sosio-psikologi dapat dibagi menjadi 3 cabang:
Ø  Perilaku. Konsentrasinya pada bagaimana orang sebenarnya berperilaku di situasi komunikasi, hubungan apa yang kita katakana dan apa yang kita lakukan. Dalam sudut pandang perilaku, teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia berperilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Teori-teori tersebut biasanya melihat hubungan antara perilaku komunikasi, apa yang dikatakan dan dilakukan dalam kaitannya dengan beberapa variabel, seperti sifat pribadi, perbedaan situasi, dan pembelajaran. Ketika perilaku tertentu diberi penghargaan, perilaku tersebut akan diulang. Hal ini dapat disebut sebagai pembelajaran (learning). Sedangkan ketika respon diberi hukuman, perilaku tersebut akan berhenti atau unlearned.
Ø  Kognitif. Teori kognitif memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi dan berpusat pada bentuk pemikiran. Cabang ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh, menyalurkan dan memproses informasi yang digunakan untuk menuntun perilaku yang ditunjukkan. Dengankata lain, apa yang dilakukan dalam situasi komunikasi bergantung tidak hanya pada bentuk stimulus-respon, melainkan pada operasi mental yang digunakan untuk mengolah informasi.
Ø  Biologis. Apapun pemikiran dan perilaku kita terhubung secara biologis dan berkembang tidak hanya berasal dari proses belajar atau dari factor situasi melainkan juga dari pengaruh bawaan neurobiologis sejak lahir.

B.     Tradisi Sibernetika
Komunikasi sebagai Pengolahan Informasi, teori ini memandang komunikasi sebagai suatu sistem dimana berbagai elemen yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini komunikasi sebagai proses informasi dan masalah yang banyak dihubungkan dengan keramaian, kelebihan beban, dan malfungsi. Tradisi ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan. Sistem ini bersifat terbuka, sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi dilingkungan akan diproses didalam internal sistem. Sibernetika digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, percakapan, hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Tradisi ini juga nampak paling masuk akal ketika muncul isu tentang otak dan pikiran, rasionalitas, dan sistem-sistem kompleks. Teori informasi berada dalam kontek ini. Demikian pula konsep feedback menjadi penting dalam hal ini. Perkembangannya dapat pula disebut teori-teori yang dikembangkan dari teori informasi seperti yang dilakukan Charles Berger untuk komunikasi antar personal dan Guddykunt untuk komunikasi antar budaya, contoh lain adalah proses pembuatan kebijakan publik oleh lembaga pemerintahan dimana tradisi cybernetic dapat menjelaskan. Terdapat proses sosialisasi untuk mendapatkan feedback dari publik sebelum suatu kebijakan ditetapkan secara permanen.
Ilmuan dari MIT, Norbert  Wiener menggunakan kata Cybernet untuk mendiskripsikan bidang intelektual yang bersifat semu. Tidak bisa dipungkiri tradisi cybernetic yang berangkat dari Norbert Wiener ini dan dikombinasikan dengan Shannon – Wiever menjadi penting sebagai salah satu tradisi dalam kajian komunikasi. Beberapa tokoh penting disini adalah Wiener, Shannon-Weaver, Charles Berger, Guddykunts, Karl Deutch, dan sebagainya.
Dalam tradisi cybernetic terdapat beberapa varian, diantaranya:
Ø  Basic System Theory, ini adalah format dasar. Pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar.
Ø  General System Theory, sistem ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaimana sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain.
Ø  Second Order Cybernetic, dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya.
Dalam sistem yang kompleks, sejumlah putaran timbal balik menghubungkan semua bagian. Putaran timbal balik ini disebut network (jaringan). Konsekuensi logisnya, ada hubungan positif dan negatif. Dalam hubungan positif, variabel-variabel meningkat dan menurun secara bersamaan. Sedang dalam hubungan negatif, variabel-variabel berbanding terbalik, sehingga jika satu meningkat, lainnnya akan menurun. Ide-ide pokok teori sistem, sungguh sangat berkaitan dan konsisten. Semuanya memiliki pengaruh utama pada banyak hal, termasuk komunikasi.
Luasnya penerapan sistem dalam lingkungan nyata, fisik, dan sosial sehingga tradisi sibernetika tidaklah monolitik. Inilah yang kemudian membuat perbedaan di antara 4 variasi teori sistem tadi, yaitu: teori sistem dasar (basic system theory), sibernetika (cybernetics), teori sistem umum (general system theory) dan sibernetika tingkat kedua (second order cybernetics).
Teori sistem dasar, menggambarkan sistem-sistem sebagai bentuk-bentuk nyata yang dapat dianalisis dan diobservasi dari luar. Kita dapat melihat bagian-bagian dari sistem dan bagaimana semuanya berinteraksi. Kita dapat mengobservasi dan dengan objektif mengukur kekuatan-kekuatan di antara semua bagian dari sistem dan Anda dapat mendeteksi input dan output sebuah sistem. Jelasnya, kita dapat mengoperasikan atau memanipulasi sistem dengan mengubah input sistem tersebut dan mengerjakannya dengan sembarangan dengan mekanisme pemrosesannya.
Sibernetika sebagai wilayah kajian, merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol. Konsep ini mengarahkan pada pertanyaan bagaimana sesuatu saling memengaruhi satu sama lainnya dalam cara yang tidak berujung, bagaimana sistem mempertahankan kontrol, bagaimana mendapatkan keseimbangan, serta bagaimana putaran timbal-balik dapat mempertahankan keseimbangan dan membuat perubahan. Keunggulan teori tradisi sibernetika sangat cocok untuk memahami sebuah hubungan, namun kurang efektif dalam memahami perbedaan-perbedaan individu di antara bagian sistem. 
C.    Tradisi Sosial Budaya
Komunikasi sebagai penciptaan dari realitas sosial, tradisi sosial budaya berangkat dari kajian antropologi. Bahwa komunikasi berlangsung dalam kontek budaya tertentu karenanya komunikasi dipengaruhi dan kebudayaan suatu masyarakat. Media massa, atau individu ketika melakukan aktivitas komunikasi ikut ditentukan faktor-faktor situasional tertentu. Beberapa figur penting disini adalah James Lull, Geertz, Erving Goffman, George H. Mead, dan sebagainya.
Teori sosiokultural lebih menekankan gagasan dan tertarik untuk mempelajari pada cara bagaimana masyarakat secara bersama-sama menciptakan realitas dari kelompok sosial, organisasi dan budaya mereka. Sosiokultural digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, percakapan, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat. Model ini menjadikan tatanan sosial sebagai pusatnya dan memandang komunikasi sebagai perekat masyarakat. Tantangan dan permasalahan yang dituju meliputi konflik, perebutan, dan kesalahan mengartikan. Dalam rangka berargumentasi, para ilmuan dalam tradisi ini akan menggunakan bahasa yang mencirikan unsur-unsur seperti masyarakat, struktur, ritual, peraturan dan budaya. Tradisi ini juga sependapat dengan pemisahan interaksi manusia dari struktur sosial.
Pendekatan interaksi simbolik, konstruktivisme merupakan hal yang penting disini. Interaksi simbolik menekankan pada bagaimana manusia aktif melakukan pemaknaan terhadap realitas yang dihadapi. Hal ini dapat membantu menjelaskan dalam proses komunikasi antar personal. Sedangkan konstruktivisme menekankan pada proses pembentukan realitas secara simbolik. Maka komunikasi baik bermedia maupun antar pribadi sesungguhnya dapat dilihat sebagai proses pembentukan realitas. Adapun varian dari tradisi ini adalah:
Ø  Interaksi symbolic, merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam ilmu sosiologi oleh George Herbert Mead dan Z Herbert Blumer yang menekankan pentingnya pengamatan dalam studi komunikasi sebagai cara untuk dari menyelidiki hubungan sosial.
Ø  Konstruksi Sosial, pada cabang ini menginvestigasi bagaimana pengetahuan manusia dikonstruksi melalui interaksi sosial.
Ø  Sosial Linguistik, Ludwig Wittgenstein seorang filosof Jerman bahwa arti dari bahasa tergantung pada penggunaannya.
D.    Tradisi Kritis
Komunikasi sebagai hasil dari perefleksian sebuah wacana, tradisi ini berangkat dari asumi teori-teori kritis yang memperhatikan terdapatnya kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut kritis. Bahwa komunikasi disatu sisi telah ditandai dengan proses dominasi oleh kelompok yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah. Pada sisi lain, aktifitas komunikasi mestinya menjadi proses artikulasi bagi kepentingan kelompok masyarakat yang lemah. Tradisi ini dapat menjelaskan baik lingkup komunikasi antar personal maupun komunikasi bermedia. Tradisi ini tampak kental dengan pembelaan terhadap kalangan yang lemah. Komunikasi diharapkan berperan dalam proses transformasi masyarakat yang lemah. Dalam teori kritis secara konsisten terdapat tiga ciri masyarakat kontemporer yaitu
1. Kontrol bahasa untuk mengabadikan ketidakseimbangan kekuatan
2. Peran media massa dalam menumpulkan kepekaan terhadap penindasan.
3. Blind ketergantungan pada metode ilmiah dan penerimaan tidak kritis.
Beberapa figur penting dapat disebut seperti Noam Chomsky, Herbert Schiller, Ben Bagdikian, C. Wright Mills, dan sebagainya yang pemikiran mereka menyoroti tentang media. Varian dari Tradisi ini adalah :
1.  Marxisme, merupakan peletak dasar dari tradisi kritis ini . Marx mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari segala struktur sosial.
2. Kritik Politik ekonomi, pandangan ini merupakan revisi terhadap Marxisme yang dinilai terlalu menyederhanakan realitas kedalam dua kubu yaitu kalangan penguasa dan kalangan tertindas berdasarkan kepentingan ekonomi.
3. Aliran Frankfurt, memperkenalkan bahwa aliran kritis mampu menawarkan suatu interkoneksi dan pengujian yang menyeluruh tentang perubahan bentuk dari masyarakat, kultur ekonomi, dan kesadaran.
4. Posmodernisme, ditandai dengan sifat relativitas, tidak ada standarisasi nilai, menolak pengetahuan yang sudah jadi dan dianggap sebagai sesuatu yang sakral.
5. Cultural studies, memusatkan pada perubahan sosial dari tempat yang menguntungkan dari kultur itu sendiri.
6. Post Colonial, mengacu pada semua kultur yang dipengaruhi oleh proses imperial dari masa penjajahan sampai saat ini.
7. Feminist studies, penelitian mengenai feminis telah bertahun-tahun menjadi ranah yang sangat berpengaruh dalam tradisi kritis. Feminisme telah didefinisikan dalam banyak cara, salah satunya adalah definisi yang menyebutkan feminisme sebagai gerakan untuk mengamankan hak-hak bagi perempuan untuk upaya mengakhiri segala bentuk penindasan. Jadi sarjana, saat ini lebih cenderung untuk berbicara tentang feminisme dalam bentuk jamak daripada tunggal. Kajian feminis pertama dimulai dengan fokus pada gender dan berusaha untuk membedakan antara seks sebagai kategori biologis, dan gender  yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Mereka, para sarjana yang bergelut dengan kajian feminisme, telah meneliti, mengkritik dan menantang asumsi dan praktek mengenai maskulinitas dan feminitas yang meliputi semua aspek kehidupan, dalam upaya untuk mencapai cara yang lebih membebaskan bagi perempuan. Namun demikian, penelitian mengenai feminis lebih dari sekadar sebuah studi mengenai gender. Feminisme berusaha untuk menawarkan teori yang berpusat pusat pada pengalaman perempuan dan untuk mengartikulasikan hubungan antara kategori gender dan kategori sosial lainnya, termasuk ras, etnis, kelas, dan seksualitas. Akhir-akhir ini,  studi mengenai bagaimana praktek komunikasi berfungsi untuk menyebarkan ideologi gender dalam wacana yang dimediasi (mediated discourse) telah menjadi sangat menonjol, yang mencerminkan keberlangsungan kajian budaya (cultural studies) dalam disiplin komunikasi. Juga yang menjadi semakin jelas adalah studi mengenai contoh positif dari gaya (style) dan praktek komunikasi yang dapat memberikan model peran untuk bagaimana mencapai perubahan yang konsisten dengan nilai-nilai feminis.
Kelompok teori-teori dalam tradisi ini cenderung komunikasi sebagai suatu tatanan sosial yang menyangkut kekuasaan dan penindasan. Teori-teori kritis menanggapi permasalahan tentang ideologi, kekuasaan, dan dominasi. Wacana kritis meliputi ideologi, dialektika, penindasan, kebangkitan kesadaran, resistansi, dan emansipasi. Tradisi ini mendorong pendekatan kepada teori yang meliputi mengekalkan kekuasaan diri sendiri, nilai kebebasan antara kemerdekaan dan persamaan, dan pentingnya diskusi.
Tradisi Kritis
Dalam tradisi kritis, sebuah kritik besar kelompok-kelompok kecil telah dating dari sarjana feminis, dimulai dari beberapa perbedaan dasar yang dibuat oleh Bales.
Kritik feminis teori kelompok kecil, kelompok sarjana mengerjakan dari perspektif feminis menyarankan bahwa Bales adalah perbedaan antara tugas dan upaya sosioemosional, yang mana pengaruh banyak pekerjaan di grup komunikasi kecil mungkin terlalu sewenang-wenang. Untuk instansi, Bales mengklarifikasikan pernyataan setuju dan tidak setuju sebagai emosional, meskipun pernyataan itu juga bisa dianggap, sebagai penggerak agenda tugas kedepan. Sarjana feminis menanyakan apakah sistem kodebales mendorong persepsi stereotip kerja kelompok menyamakan tugas dengan seorang pria persepsi dan emosi dengan emosi dengan persepsi wanita. Demikian pula, para sarjana ini mempertanyakan temuan yang menunjukan bahwa kelompok tugas laki-laki mengungguli orang perempuan. Mereka menyarankan bahwa definisi kritis dibuat dengan perbedaan jika tugas yang sangat sosial diperlukan kelompok perempuan biasanya mengungguli laki-laki.
Mengejar kekhawatiran lainya, feminis juga menanyakan penelitian mempertanyakan itu menunjukan  bahwa wanita menampilkan seks perilaku stereotipik dalam kelompok melebihi laki-laki. Sarjana kritis feminis meminta bahwa pebeliti memriksa asumsi mereka membuat tentang seks gender dalam kelompok kecil dan tidak membua keputusan berdasarkan tradisi atau diharapkan dari seks atau gender. Tentusaja, mereka menyarankan bahwa seks dan gender mempersulit pemahaman kita tentang bagaimana fungsi kelompok dan bahwa setiap upaya harus dilakukan untuk mengerti bagaimana semua variable ( yang juga termasuk harapan dan jenis stereo) wawancara dalam proses kelompok kritik feminis pendekatan tradisional untuk kelompok juga berpusat pada keterbatasan deskripsi adat model adat input-proses-output. Fokud feminism tentang bagaimana bahasa berinteraksi dengan identitas gender untuk membentuk hasilhasil tertentu. Daerah yang tidak diselidiki oleh banyak teori kelompok tradisional. Misalnya, bagaimana proyek kelompok menjadi gender diketik, dan cangkul apakah itumengetik jenis kelamin kemudian mempengaruhi hasil dan proses kelompok masa depan? Peneliti feminis tidak setuju tentang apakah jenis kelamin yang berbeda adalah hasil dari struktur sosial. Dengan kata lain, yang merupakan ayam dan yang telur? Apakah perbedaan gender menyebabkan perpecahan dalam kelompok, atau apakah memimpin truktur kelompok itu sendiri untuk perbedaan gender antara anggota? Terlepas dari perspektif, sarjana feminis dengan memperkenalkan gender sebagai variable tak terhindarkan dan interfensi, telah membuat kontribusi penting untuk pengertian kami berfungsi kelompok sebagai proses berhubung dengan sibernetika.
Persimpangan jelas antara ulama kelompok feminis dan komunikasi terjadi dengan kelompok yang dapat dipercaya, terutama dalam hal fokus pada permeabilitas batas dan saling ketergantungan dari kelompok dan konteks. Sarjana feminis telah mengangkat berbagai pertanyaan tentang pengolahan kelompok yang mendukung saling ketergantungan dari kelompok dan konteks untuk kelompok perempuan pada khususnya, banyak sarjana feminis menunjukkan bahwa fokus tugas di androsentris (pusat laki-laki) dan kapitalistik dan mungkin tidak mewakili alasan untuk pembentukan kelompok banyak wanita. Kelompok perempuan sering kurang tertarik pada hasil dan peformances kelompok tradisional -kurang tertarik untuk melakukan dan lebih tertarik menjadi. Konteks di mana kelompok-kelompok yang ada memiliki banyak yang harus dilakukan dengan fokus seperti itu, banyak perempuan dalam budaya AS telah menghabiskan hidup mereka melakukan untuk lainnya, suami, anak-anak, tempat kerja, dan kelompok-kelompok mereka tertarik saat mereka tumbuh dewasa cukup bertentangan dengan gambar tradisional kelompok, contoh yang baik dari ini adalah dalam masyarakat Red Hat populer untuk wanita berusia lebih dari 50 tahun. Itu mengambil nama dari sebuah puisi oleh Jenny Joseph disebut "Peringatan", yang dimulai, "Ketika saya seorang wanita tua, saya akan memakai ungu atau dengan topi merah yang tidak pergi dan tidak cocok untukku". Masyarakat tidak memiliki undang-undang dan telah melarang pertemuan, konvensi fitur toko bermain daripada lokal karya, tidak ada kelompok yang mengatakan apa yang harus dilakukan atau ketika melakukannya. Ungu dan merah adalah saran yang sangat kuat dan bahwa sekitar meringkas aturan. Penelitian tentang kinerja kelompok maka menurut ulama feminis, harus diperluas untuk mencakup pengertian tentang kesejahteraan dukungan dan menyenangkan selain produktivitas kelompok tradisional. Sarjana feminis juga mendukung upaya seperti teori kelompok kerja intercultular efektif, dengan fokus pada partisipasi yang setara dan kerja sama hormat sebagai cara untuk bernegosiasi kelompok kerja yang beragam secara efektif, dalam terang keinginan mereka untuk mengembangkan strategi untuk mengakhiri penindasan dan untuk mengurangi kekuasaan dan status, feminis melihat teori ini sebagai artikulasi praktik komunikasi yang lebih egaliter dalam pengaturan grup. Dalam tradisi sociocultular, sarjana feminis telah diuraikan secara khusus pada teori strukturasi kelompok karena cara-cara ini mengenali dan tergantung pada proses luar untuk memahami dinamika kelompok. Cendikiawan kelompok feminis telah meneliti kekuatan cara dan status di masyarakat pada umumnya mempengaruhi yang mengasumsikan kepemimpinan dalam kelompok, peran konteks semakin anonim dan teknologi untuk mempengaruhi keanggotaan kelompok dan kontribusi, dan bagaimana kekuatan eksternal seperti waktu, tenaga, dan status mempengaruhi kelompok pembentukan.
Cendikiawan feminis tertarik dalam kelompok, maka telah menantang divisi seks sederhana dan asumsi yang menginformasikan kerja kelompok awal. Mereka telah menegaskan pendekatan yang memperhitungkan kekuatan masyarakat akun yang mempengaruhi pembentukan kelompok, pengolahan, dan norma-norma, akhirnya mencari cara untuk mengurangi struktur sosial yang tidak seimbang yang terus mempromosikan hierarki gender yang ada.
Tugas teori-teori komunikasi
Kelompok yang penting untuk individu dan masyarakat. Sebagai seseorang yang bergerak di dunia, kerjasama menjadi satu hal yang penting dalam mencapai tujuan hidup. Orang menggunakan komunikasi untukberbagi sumber daya sebagai pemecahanmasalah, dan komunikasi kelompokmenjadi tidak hanya alat untuk tugas-tugas mencapai tetapijuga sarana membangun hubungan.
Teori komunikasi kelompok kecil membentuk tradisi yang berbeda. Benang umum dan garis pengaruh yang jelas dan memberikan koherensi yang mengikat pekerjaan ini. Seperti yang kita survey dari teori tersebut, maka akan diringkas dalam baba ini mengenai beerapa generalisasi yang jelas.
1.        Kelompok tidak dapat dipisahkan dari konteks dimana mereka bekerja.
Komunikasi kelompok dapat dilihat sebagai sistem input, proses internal, dan output. Masukan mencakup informasi, sumber daya kelompok, dan karakteristik tugas. Proses tersebut mencakup interaksi kelompok dan pengembangan keputusan, dan output termasuk tugas-tugas diselesaikan serta hubungan interpersonal. Meresap dalam bidang ini, proses input output model mengingatkan kita pada fakta bahwa kelompok ada dalam sistem yang lebih besar. Ketika kita berkomunikasi dalam kelompok, kita perlu memperhatikan sifat dan kualitas input dan menjadi lebih sadar akan cara dimana tindakan kita dalam suatu kelompok menciptakan efek yang mempengaruhi lingkungan yang lebih besar dalam beberapa cara, serta kelompok itu sendiri.
Tradisional, kita berpikir tentang kelompok sebagai setting untuk hidup, interaksi tatap muka. Pemahaman umum kelompok ini berubah dengan cepat, karena internet memungkinkan kelompok untuk membentuk dan bekerja sama tanpa diruangan yang sama dan berinteraksi langsung dan secarabersamaan. Bangkitnya teknologi komunikasi menperluas kemampuan kelompok, tetapi apakah hidup selalu dibantu atau komputer. Kelompok masih merupakan bagian dari lingkungan besar dan dapat dicirikan dengan model input proses outpun dasar.
Meskipun sering digunakan, model input-proses-output sederhana memungkiri kompleksitas grup nyata dalam konteks. Meskipun mengakui memiliki sistem yang lebih besar, model ini bergantung pada gagasan grup seperti wadah. Anda mungkin menuangkan hal-hal kedalamnya dan tuangkan al dari itu, tapi batas wadah masih kedap. Dalam kritik diperpanjang studi kelompok tradisional, Putnam dan Stohl menulis bahwa kelompok Bonafide tak lepas dari konteksnya. Dalam 15 tahun tau lebih karena mereka awalnya disajikan kelompok bonafide, penelitian telah menjadi lebih kontekstual. Sebagai salah satu contoh, Lawrence Frey memiliki volume yang baru-baru terkenal mengenai studi kasus kelompok bonafide menggambarkan fokus memperluas kerja ini.
Studi volume Frey menunjukkan bahwa analisis lengkap dari fungsi kelompok membutuhkan perhatian yang cermat untuk interface antara kelompok-kelompok. Ketika anda bekerja dalam suatu kelompok, berpikir tentang kendala dan peluang bahwa kelompok-kelompok yang tumpang tindih memberikan. Sumber apa yang mengalir kedalam kelompok karena keanggotaan fluida ? apa tantangan khusus melakukan kelompok wajah dalam mengelola bonafide, sifat sistematik kelompok ? anda dapat mengantisipasi apa efek kelompok akan memiliki pada kelompoklain dan bagaimana ini mungkin nantinya peluang terbuka atau menyebabkan kendala bagi kelompok yang erlibat?
Kami pernahbekerja di sebuah departemen universitas yang memiliki kursi departemen berputar, setiap 3 tahun, anggota lain dari departemen akan menjadi anggota dan memduduki kursi. Akhirnya, yang paling fakultas telahdiputar ke posisi kursi pada satu waktu atau yang lain. Sistem ini adalah sumber daya yang hebat untuk departemen karena departemen kursi bekerja dengan beberapa kelompok administratif yang fakultas biasa tidak menemukan, mengembangkan perspektif yang dapat sangat berharga untuk departemen. Karena semakin banyak fakultas memiliki kontak dengan kelompok-kelompok diluar, sumberdaya keseluruhan departemen diperluas, membuat kelompok semakin efektif. Sistem berputar kursi dibuat oleh loop cybernetic yang tersedia input steady dari perspektif segar.
Semua kelompok- dari keluarga untuk komunitas klup-yang bonafide, tetapi arti dari konteks adalah tempat yang jelas seperti dalam organisasi. David Seibold percaya bahwa organisasi dan kelompok peneliti telah melakukan pekerjaan mereka dengan cara yang cenderung memisahkan konteks ini, padahal sebenarnya mereka sangat erat terkait bahwa mereka tidak harus dibagi.
Dalam bab berikut (bab 9), kami menyajikan sejumlah teori komunikasi organisasi. Karena organisasi yang dibangun melalui jaringan kelompok, garis antara organisasi dan kelompok baik-baik saja, dan perbedaan antara komunikasi organisasi dan komunikasi grup kabur, memang.
2.        Kerja kelompok yang efektif dengan menyelesaikan tugas dan membangun hubungan interpersonal.
Ide ini muncul di hampir semua teori yang dibahas dalam bab ini. Energi tugas diarahkan pada pemecahan masalah, dan energi antar pribadi diarahkan pada pemeliharaan dan hubungan kelompok. Kelompok efeectiveness tampaknya tergantung pada keseimbangan antara kedua aspek komunikasi, dan perhatian yang cukup baik dapat menyebabkan ketidakpuasan dan pengambilan keputusan yang buruk. Tugas dan fungsi relasional yang dicampur, anda sering memenuhi kedua tugas dan fungsi sosial dalam satu pernyataan. Ketika mengklasifikasikan perilaku kelompok, memisahkan fungsi-fungsi ini sulit.
Teori grup-komunikasi mengajarkan perlunya keseimbangan. Anda tidak bisa melakukan pekerjaan yang baik sebagai sebuah kelompok tanpa memperhatikan hubungan-hubungan serta tugas, dengan cara yang mengakui hubungan antara keduanya. Kami bekerja pada hubungan, bukan hanya untuk membuat kita merasa baik tetapi karena ikatan relational memungkinkan kita untuk bekerja secara efektif pada tugas. Opposide juga benar : berhasil menyelesaikan tugas juga dapat membantu membangun hubungan yang kuat. Berpikir tentang kelompok terbaik yang telah dikenal. Kelompok tersebut mungkin baik untuk alsan yang berbeda, tapi satu elemen umum adalah pasti campuran yang tepat dari hubugan kerja yang kuat dikombinasikan dengan sukses tugas prestasi.

3.        Proses dan srtuktur sangat erat bersama-sama.
Ide strukturasi sebenarnya cukup sederhana : praktik kelompok menciptakan struktur yang mempengaruhi praktek masa depan. Dengan kata lain , tindakan memiliki konsekuensi untuk tindakan di masa depan. Karena kita yang paling prihatin tentang isi dari diskusi kita pada saat tertentu, sulit untuk mengawasi masalah yang lebih besar ini, namun proses yang digunakan oleh kelompok tidak membuat jenis tertentu dunia sosial yang menghadirkan peluang dan kendala pada kelompok di masa depan. Untuk alasan ini, kelompok perlu memperhatikan proses.
Anggota kelompok yang sering bertanya “Apa” pertanyaan : apa yang kita perlu bicarakan ? apa yang ingin kita capai ? apa yang kita coba lakukan ? kelompok yang efektif harus menambhakan “bagaimana “ pertanyaan : bagaimana kita harus mengatasi maslah ini ? .....
Strukturasi dapat memiliki beberapa jenis efek. Itu akan menentukan, misalnya, apa yang individu dapat dan jangan katakan dalam kelompok.penelitian Bales di awal 1950-an bahkan menunjukkan bahwa komentar kelompok yang tidak merata. Hal ini menunjukkan bagaimana jenis tertentu dari laporan bentuk interaksi kelompok dan peran yang ditugaskan untuk individu.
Contoh lain, polainteraksi dalam kelompok menentukan struktur pembangunan keputusan. Interaksi menggabungkan ke dalam segmen kegiatan, yang pada gilirannya, bergabung menjadi fase. Beberapa teori dalam bab ini mengatasi masalah ini, dan tampaknya jelas bahwa hati-hati, pertimbangan penting adalah unsur penting.

4.        Kerja kelompok yang efektif memerlukan attention berhati-hati untuk kualitas komunikasi, berpikir kreatif, dan berpikir critikal.
Tren keempat dalam teori kelompok kecil adalah bunga dalam efektivitas, sebagai tradisi the functionalist dengan baik menggambarkan. Misalnya, teori Janis dan Hirokawa ini memberikan panduan untuk meningkatkan fungsi kelompok. Mereka menyarankan cara menjaga terhadap berbagai bahaya dalam kelompok. Konsistent dengan pengalaman sehari-hari dari kelompok dalam masyarakat kita, teori-teori tersebut memiliki potensi praktis dalam membantu kelompok tersebut menjadi lebih efektif.
Dennis gouran, pemimpin dalam teori fungsional-kelompok, menguraikan beberapa daerah dimana keterampilan dapat peduli dalam efektivitas kelompok : tugas, relational, dan prosedural. Tugas skill meliput (1) pengakuan masalah dan framing;(2) inferensi gambar; (3) generasi idea; (4) argumen. Keterampilan relational meliputi : (1) kepemimpinan; (2) bangunan iklim; (3) dan managemen konflik. Keterampilan prosedural meliputi (1) perencanaan; dan (2) proses berlakunya. Dalam bidang komunikasi kelompok, kemudian, prakmatik telah penting. Banyak dari karya ini telah kuat dalam membantu kita mengajarkan peserta kelompok bagaimana menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Sama dengan komunikasi organisasi, seperti yang akan kita lihat dalam baba berikutnya.




Teori fungsional
Tori fungsional menggunakan komunikasi kelompok, melihat proses sebagai instrumen oleh keloompok mana membuat decisons, menekankan hubungan antara kualitas komunikasi dan kualitas output kelompok.komunikasi adalah sebuah hal- atau fungsi dalam sebuah cara-untuk menentukan hasil kelompok. Itu adalah sarana berbagai informasi,cara anggota kelompok mengeksplorasi dan mengidentifikasi kesalahan dalam berpikir dan merupakan dari persuation. Meskipun metode penelitian yang digunakan untuk mempelajari fungsi kelompok mirip dengan yang biasa terlihat dalam tradisi sosio psikologis, kami telah plecced di bagian ini karena kekerabatan yang kuat dengan tradisional sosiokultural yang telah melihat bagaimana kelompok bekerja.
Pendekatan fungsional sangat mempengaruhi oleh pragmatik untuk mengajar diskusi kelompok kecil. Didasarkan dalam ukuran besar pada karya filusuf John Dewey, yang sejak terbitnya “Bagaimana Kita Pikirkan “ pada tahun 1910, telah sangat mempengaruhi pemikiran pragmatis abad ke-20.
Randy Hirokawa dan rekan-rekannya telah menjadi pemimpin dalam tradisi fungsional, dan deskripsi mereka dari kelompok proses pengambilan keputusan mencerminkan bahwa Dewey, pekerjaan mereka melihat berbagai kesalahan yang kelompok dapat membuat, bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang kelompok perlu mempertimbangkan untuk menjadi lebih efektif.
Kelompok biasanya memulai dengan identifikasi dan menilai maslah. Hirokawa dan rekan-rekannya mengidentifikasi berbagai pertanyaan umum untuk tahap ini : apa yang terjadi ? mengapa ? siapa yang terlibat ? apa salahnya mengkibatkan ? yang terluka? Berikutnya, kelompok mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang msalah, sebagai kelompok membahas solusi yang mungkin, informasi terus dikumpulkan.

Groupthink theory
Janis menemukan 6 hal negatif dari group tkhing, ialah :
1.      Kelompok membatasi diskusi untuk hanya beberapa alternatif tanpa cosidering sebuah fange penuh kemungkinan kreatif. Solusinya mungkin tampak jelas dan sederhana untuk kelompok, dan ada sedikit eksplorasi ide lainnya.
2.      Posisi awalnya disukai oleh sebagian besar anggota tidak pernah restudied untik mencari perangkap kurang jelas. Dengan kata lain, group tidak sangat kritis dalam memeriksa konsekuensi dari solusi yang lebih disukai.
3.      Kelompok gagal untk menguji kembali alternalif” awalnya yang disfavored oleh mayoritas. Opini minoritas yang cepat diberhetikan, tidak hanya oleh mayoritas tetapi juga oleh yang awalnya mereka sukai.
4.      Pendapat ahli tidak dicari. Kelompok ini statisfied dengan dirinya sendiri dan kemempuannya untuk embuat keputusan dan mungkin merasa terancam oleh orang luar.
5.      Kelompok sangat selktif dalam mengumpulkan dan menghadiri untuk informasi yang tersedia. Anggota cenderung berkonsentrasi hanya pada informasi yang mendukung rencana yang disukai.
6.      Kelompok ini begitu percaya diri dalam ide-ide yang tidak mempertimbangkan recana kontingensi. Itu tidak meramalkan atau merencana untuk kemungkinan kegagalan.

Jenis langkah-langkah akan memecahkan maslah groupthink di deciduring proses pengambilan keputusan :
1.      Mendorong semua orang untuk menjadi evaluator kritis dan untuk mengekspresikan pemesanan selama proses pengambilan keputusan.
2.      Tidak memiliki negara pemimpin prefensi depan.
3.      Mengatur beberapa kelompok pembuatan kebijakan yang independen dan terpisah.
4.      Dibagi menjasi sub-group.
5.      Mendiskusikan apa yang terjadi dengan orang lain di luar kelompok.
6.      Mengundang orang luar kedalam group untuk membawa ide-ide segar.
7.      Menetapkan seorang individu menjadi advokad iblis.
8.      Menghabiskan waktu yang cukup untuk surverying sinyal peringatan.
9.      Mengadakan pertemuan kedua kesempatan untuk mempertimbangkan kembali keputusan sebelum menyelesaikannya.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Singkatnya tentang group, terjadi manakala ada semacam keadaan menuju satu titik pertemuan pikiran, rasa, visi, dan nilai-nilai di dalam sebuah kelompok menjadi sebuah kepentingan yang keberadaannya dapat dibedakan terhadap kepentingan kelompok, dan orang-orang yang berada dalam kelompok itu dilihat tidak sebagai individu, tetapi sebagai sebuah proses atau keadaan yang ditempatkan sebagai suatu perwakilan terhadap sebuah sikap atau perbuatan dari kelompoknya. Apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan adalah kesepakatan satu kelompok. Tidak sedikit keputusan-keputusan yang dibuat secara group itu yang berlawanan dengan hati nurani anggotanya, maupun orang lain di luarnya. Namun mengingat itu kepentingan kelompok, maka mau tidak mau semua anggota kelompok harus kompak mengikuti arah yang sama agar tercapai suatu kesepakatan bersama.










DAFTAR PUSTAKA
Stephen W. Littlejohn, Karen A Foss. Theories of Human Communication



            Anggota akan berhadapan secara bersmaaan dengan tugasdan interpersonal hambatan. Perbedaan mendasar antara pekerjaan tugas dan hubungan interpersonal telah menjadi perhatian utama  dalam penelitian dan teori komunikasi kelompok kecil. Kedua jenis perilaku yang penting untuk produktivitas, dan analisis kelompok pemecahan masalah harus berurusan dengan keduanya. Ketika tugas dan pekerjaan interpersonal yang terintegrasi secara efektif, efek perakitan terjadi dimana solusi kelompok atau produk superior untuk pekerjaan individ ubahkan anggota terbaik. Jadi mislanya, jika klub bertemu untuk merencanakan pihnik dan menangani hubungan interpersonal dan pekerjaan tugas dengan baik, bahkan harus berubah menjadi lebih baik dari pada jika hanya satu orang yang direncankan itu. Imbalan kelompok dapat menjadi positif atau negatif, dan ini berlaku untuk kedua tugas dan pekerjaan interpersonal. Sebuah proyek  kelas yang sukses, Misalnya  adalah hadiah  tugas dan menyenangkan involed dalam perencanaan itu  adalah hafia interpersonal. Jikapekerjaan di lakukandenganbaikdan di nikmatioleh para anggota, pekerjaan masa depanmerekabersama-samaakanterpengaruhdengancara yang positif. Jikamemintatidakdilakukandenganbaikatauanggotatidakmenangani differences merekadenganbaik, umpanbaliknegatifdapatmembuatlebihsulit.
Pikirkanupayakelompoksebagaisemacam energy. Beberapa energy masukdalammemecahkanrintangantugas, danbeberapamasukkeberuurusandengan orang-orang intrerpersonal. Raymoncatellmenggunaanistilahsinergiuntukupayakelompokini. Jumlah energy yang dituukanmasalahantarpribadidisebutsinergiintrinsik, dan energy yang tersisatersediauntuktugasiniadlahsinergi yang efektif. Jikasinergimemilikiefektivitas yang tinggimakatugasakanterselesaikan. Jikatidakdilakukanituakanburuk. Tingkat sinergidalamkelompokdihasilkandarisikapanggotaterhadapsatusama lain. Konflikmengharuskanbanyak energy untupemeliharaankelompok, meninggalkansedikituntukpenyelesaiantugas. Disisi lain jikaindividumemilikisikap yang sama, tidakperluinvestasi interpersonal, dansinergi yang lebihefektifdanbesar.
Teoriinteraksi Fisher
Walaupunteori yang dikemukakan Bales disebutinteraksionalitusangattepatdenganaktivitasindividu. Aubrey Fisher dan Leonard memaknainyasebagai system model manusia.beberapapenulispercayabahwapendekatan yang tepatterhadappembelajarankomunikasiadalah model system interaksi yang mengasosiasitindakan. Interkasiinimerupakantindakandariseseorangdiikutioleh orang lain. Contohnyayaitupernyataan-pernyataandansalam-salam. Iniharusdiamatikarenabukanperilaku individual yang hanyamemberisugestimelainkanlanjutandantindakanlawanbicara. Ineraksidapatdiklasifikasikanmelaluidimensikontendandimensihubungan. Contohnyajikaseseorangmemberikanpertanyaan, kamumungkinakanmenjawabnya, dansaatpertanyaanitutidakdijawabmungkinkamuberfikiriupertanyaantidakpenting. Disinijawabanmuadalahdimensikontendankediamanataspertanyaanadalah nonverbal dimensihubungan.
Dalamteori “Theory of decision emergence”, Fisher membagiempattahamdalamtugaskelompok ; orientasi, konflik, kemunculandanpenguatankembali.Fishermencatatinteraksiberubahmenjadiformulasikeputusangrupdansolidaritas.
  1. Tahaporientasi, meningkatkanklarifikasidanmulaimelihatsudutpandang. Level tinggidaripersetujuandalam level inidankomenterkadangdibuatpadakelompokuntukmengujigrup. Kedua, kualifikasidanpercobaandalamtahapiniseseorangmerabauntukmemahamidanmempelajari.
  2. Tahapkonflikberisibesarnyapendapat. Orang ditahapankeduainimulaimengukuhkansikapnyasendiridanlebihbanyakpolarisasi. Para angggotaberdebatdanberusahamengajakataumempengaruhi, danmerekabisamembentukkoalisi. Koalisitersebutakancenderunghilangditahapan yang ketiga.
  3. Yahapkemunculan, disinitanda-tandakerjasamamuncul. Orang-orang tidakterlalukuuhmempertahankanpendapatnya. Sementaramerekamulanakkanposisimerekadanmenjalaniperubahansikap, kata-kata merekamenjadisemakinambigu. Pendapat-pendapat yang menguntungkanmulaimuncul.
  4. Tahappenguatanataupegukuhan (reinforcement). Keptusankelompokdalamhalinisemakinkuatdanmendapatpenguatandarianggotakelompok. Kelompokbersatudanbertahandengasolusinya. Pendapathampirsemuanyapositifdanmenguntungkan. Ambiguitas yang adadalamtahapketigacenderungmenghilang.
Teori fisher adalahcontohdari model faseperkembangankelompok. Model fasememprediksibahwakelompokitumelaluiserangkaiantahapandalammenanganimasalahatau set tugas. Karenaada model sepertiitudalamsejarahteorigrupkecil, pendekatanfasemerupakanpandangandominanpengembangankelompokbaru-baruini.

Teorikerjakelompokefektifantarbudaya
MenurutJhonOetzel“ pemberdayaanbudayadiantaraanggota-anggotakebangsaan, etnik, Bahasa, gender, jabatan, usia, kelemahan, danlainya, pentingbagikegunaankelompok. Perbedaanbudaya yang paligpentingdibagidalamtigakelompok; (1) individualism, (2) kehendakdiri, dan (3)urusanrupa”.
  1. Individualism kolektivisme :Budayaindividualiscenderunglebihmemikirkantujuansendiridaripadatujuankelompok, sedangkanbudayakolektiviscenderungberpikirsebagaibagiandarikomunitas.
  2. Kehendakdiri :Bagaimanaanggotamemikirkandirisendiri, yaitubebasdanketergantungan. Budayaindividualislebihcenderungbebas, yaitumelihatdirisendirisebagaipribadi yang unik, sedangkanbudayakolektiviscenderungketergantungan, ataulebihmemikirkanhubungandengan orang lain.
  3. Urusanrupa :Perbedaandalambagaimanaanggotamengaturkesanpribadi. Rupadiriadalahkesanseseorang, rupa lain melibatkankesan orang lain danrupabersammencakuphubunganantaradirisendiridan orang lain.
Contohbudayakolektivisme yang kentaldapatterlihatpadakerusuhan supporter bola di Indonesia. Tujuannyaadalahuntukmenunjukkansiapa yang paling kuatantarakeduapihak.
Semakinheterogensuatukelompok, makaakansemakinsulituntukberkomunikasiefektifdalamhal, yakni; partisipasisetara, mufakatberdasaranpengambilankeputusan, manajemenkonflik yang tidakmendominasi, komunikasipenuhhormat.
TradisinSosiokultural
Cara pandangsosiokulturalmenekankangagasanbahwarealitasdibangunmelalui poses interaksi yang terjadidalamkelompok, masyarakatdanbudaya. Sosiokulturalmengkajiteorikomunikasitentangpemahaman, mana, norma, auran yang terjadidiluarinteraksikomunikasi. Tradisiini focus padainteraksiantarindividudaripadakarakteristikindividu. Interaksimerupakan proses dimanamakna, dannilaibudayabekerja.
Bentuk-bentukteori yang termasuktradisisosiokultural :
  1. TeoriStrukturasi.
Strukturadalah proses yang disengajadanpenuhkonsekuensiserta path padanorma. Secaratradisionaliklimorganisasidipandangsebagaisalahsatu variable kunci yang mempengaruhikomunikasidanberikutjugaproduktivitasnyasertakepuasandari para pekerja.
  1. Conversation and Teskdalam proses Organisasi
Interaksimenuntunkitauntukberbagimakna yang akhirnyamembentukpolainteraksikitadalamberorganisasi. Ketikakitaberkomunikasi, tanpasengajakitamengetahui model ataubentukkomunikasi, bentukinidisebutcoorientation. Pokokdaridariprosesadalahketikaberinteraksidanberorientasipada topic, isu, focus, situasi, ide, keputusan, individu, kelompokdankomunikator yang bernegosiasiuntukmendapatkanmaknakoherenterhadapobjek.
Pendekatan Sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan  cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam berkomunikasi. Tradisi  sosiokultural memiliki beragam sudut pandang, yaitu :
a. Pahaminteraksisimbolis, paham ini menekankan pada pentignya observasi partisipan dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial.
b. Konstruksionisme, yakni bagaimana pengehuan manusia dibentuk melalui interkasisosial.
c. Sosiolinguistik, manusiamenggunakan Bahasa secaraberbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda.
d. Filosofi Bahasa, makna Bahasa bergantung  pada penggunaan nyatanya.
e. Etnograf, bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistic dan  non linguisticmereka.
f. Etnometodologi, bagaimana kita  mengelola atau menghubungkan  perilaku dalam interaksi sosial pada waktu tertentu.

Komentar

Postingan Populer