Wahai Umat Akhir Zaman, BARAT BUKAN TIMUR!
–
Benarkah Barat adalah musuh utama Islam di akhir zaman, sementara petunjuk
nabawiyah secara tegas menunjukkan bahwa fitnah yang utama itu datang dari
‘Timur’? Pasca peristiwa 911 dan diikuti perang melawan terorisme, AS sering
dipersepsikan sebagai musuh utama Islam. Berbagai reaksi sangat kentara
dilakukan banyak Muslim, di antaranya seruan boikot produk Amerika.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan
presiden Amerika Serikat dikhawatirkan banyak pihak menjadikan hubungan antara
Barat dengan Dunia Islam berada pada titik krusial. Di satu sisi Islam sedang
menggeliat pesat di berbagai negara Eropa dan Amerika, dan di sisi lain ada
gejala Islamofobia yang cenderung menguat.
‘Timur’ dan ‘Barat’, Perspektif Nubuwah
Benarkah Amerika adalah Dajal atau
fitnah terbesar akhir zaman? Bukan, fitnah itu datang dari ‘timur’ bukan
‘barat’. Berbagai riwayat menunjukkan hal tersebut yang mencakup awal mula
fitnah yang menimpa umat ini hingga fitnah terbesar yang akan muncul di akhir
zaman. Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke arah timur dan bersabda: “Di
sinilah, fitnah akan muncul, fitnah akan muncul dari sini”. Beliau mengatakannya
tiga kali. “Yaitu, tempat munculnya tanduk setan” (HR. Muslim).
Makna ‘timur’ ini memang diperselisihkan
para penafsir, antara Najd dan Irak. Namun dalam konteks akhir zaman,
fitnah-fitnah itu berkisar dari sekitar wilayah Persia atau Khurasan. Hal ini
sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dimana Rasulullah SAW bersabda, “Dajal
akan keluar di bumi bagian Timur yang disebut Khurasan. Ia diikuti oleh
beberapa kaum yang wajah mereka seperti perisai yang dipukuli.” Dari Anas bin
Malik ra, sabda beliau SAW, “Dajal akan keluar dari kota Yahudi Isfahan (nama
sebuah wilayah di Iran) bersama 70,000 penduduk Isfahan.” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain disebutkan,
“Ketahuilah bahwa dia berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, bahkan ia
akan datang dari arah timur. Apa itu dari arah timur? Apa itu dari arah timur”
Dan beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah timur.” (HR. Muslim)
“Selain Dajal lebih aku takutkan (menimpa) kalian. Karena jika Dajal keluar dan
aku masih ada di antara kalian niscaya aku akan menjadi pelindung kalian. Jika
dia keluar ketika aku telah tiada maka setiap muslim akan menjadi pembela
dirinya sendiri. Allah yang akan menjaminku membela setiap muslim. Dia adalah
seorang pemuda yang sangat keriting, matanya tidak ada cahayanya, aku mengira
dia mirip dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Barangsiapa di antara kalian
mendapatinya bacalah awal surat Al-Kahfi. Dia akan keluar dari jalan antara
Syam dan Irak, berjalan ke kiri dan ke kanan. Wahai hamba-hamba Allah,
istiqamahlah.” (HR. Muslim)
Dajjal serta Yakjuj dan Makjuj yang
merupakan fitnah utama di akhir zaman, keduanya berasal dari ‘Timur’, bukan
‘Barat’. Jika selama ini ada yang mempersepsikan Amerika atau Barat sebagai
Dajal, bisa jadi hal itu merupakan bentuk dari fitnah akhir zaman yang penuh
kamuflase. Lantas bagaimanakah kita memaknai permusuhan umat Islam dengan Barat
dan Amerika yang seolah-olah begitu nyata? Bagaimana kita memaknai ‘Timur’ dan
‘Barat’ ini? Kita berada di era kecanggihan teknologi politik yang penuh
kamuflase dan konspirasi, ini yang penting untuk diperhatikan.
Persia dan Romawi, keduanya
bersinggungan langsung dengan sejarah Islam sejak awal. Sejak awal, kaum
muslimin lebih memiliki kedekatan dengan Romawi daripada Persia. Kaum muslimin
ikut bersedih dengan kekalahan Romawi yang notabene merupakan ahli kitab
(Nasrani), berkebalikan dengan kaum musyrikin Makkah yang lebih memiliki
kedekatan dengan Persia sebagai sesama kaum musyrikin. Bisa merujuk pada awal
Surat Ar Rum, “Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terendah, dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi
Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan
bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. (QS. Ar Rum:2-5)
Kedekatan Muslim dan Nasrani juga
disinggung pada surat Al Maidah: 82, “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.”
Antara Muslim dan Nasrani memang
memiliki permasalahan, namun tidak sefundamental permasalahan antara Muslim
dengan Yahudi atau Majusi. Banyak kedekatan keduanya sejak awal, dimulai
kesaksian Pendeta Buhaira atas kenubuwatan seorang Muhammad, kesaksian Waraqah
bin Naufal atas awal kerasulannya, perlindungan Raja Habsyi terhadap kaum
muslimin, serta penerimaan yang baik Kaisar Romawi terhadap utusan Rasulullah,
berbeda dengan perlakuan buruk Kaisar Persia.
Tidak berhenti di sini, dalam perspektif
akhir zaman, kaum Nasrani akan beriman dan berada dalam satu kebersamaan dengan
kaum muslimin sebagaimana yang tersirat dalam Surat An Nisa: 159, sedang bangsa
Yahudi serta Yakjuj dan Makjuj akan dimusnahkan pada akhir zaman. Hubungan
antara Islam dan Yahudi, meskipun keduanya merupakan sesama agama samawi dalam
rumpun millah Ibrahim, permusuhan antara keduanya ditempatkan sebanding dengan
permusuhan dengan kaum Musyrikin.
Benang merah antara Timur dan Yahudi
bahkan disebutkan secara langsung dalam Surat Al Baqarah: 102, “Dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut.”
Termasuk juga perlu diperhatikan tentang kepercayaan Persia kuno yang tidak
mengakui adanya kepemilikan individu, termasuk kepemilikan terhadap wanita,
yang salah satunya bertransformasi dalam bentuk nikah mut’ah. Termasuk juga
persinggungan wilayah antara Raja Persia, Dzulkarnain, dengan bangsa Yakjuj dan
Makjuj yang dijelaskan dalam Surat Al Kahfi.
Timur’ dan ‘Barat’, Perspektif Kekinian
Barat, Romawi, Eropa, Amerika, Nasrani
dan Kapitalisme berada di satu sisi. Sedang Timur, Persia, Majusi dan Komunisme
berada di sisi yang lain. Namun sebagaimana kita ketahui, sebenarnya pemain
utama percaturan global saat ini adalah Yahudi dan produk turunannya.
Yahudi dan Barat sering dipersepsikan
merupakan sekutu. Namun bila kita telaah lebih jauh, antara Yahudi dan Barat
terdapat sejarah panjang yang tidak baik, sejak masa penjajahan Romawi atas
kaum Yahudi hingga penindasan dan perlakuan menyakitkan yang menimpa komunitas
Yahudi dan Khazar ketika mereka terlunta-lunta di negara-negara Eropa. Seiring
terusirnya Islam dari Andalusia, umat Yahudi juga mendapatkan perlakuan buruk
hampir serupa, hingga pembantaian yang menimpa mereka yang dilakukan Hittler.
Umat Yahudi justru mendapat perlakuan lebih baik di negeri-negeri muslim,
termasuk di wilayah Kesultanan Turki Utsmani
Dari sini terlihat, Yahudi menjadikan
Barat hanya sebagai batu loncatan dalam mengambil alih supremasi dunia dari
tangan Muslim. Barat akan ditinggalkan. Toh, Barat akan letih, ia akan segera
mengalami krisis demografi. Sedang kediktatoran Timur selama ini lebih
menjanjikan untuk mengeliminasi Islam daripada kebebasan Barat. Bahkan, Islam
terus menggeliat di negara-negara Eropa dan Amerika. Maka sudah mulai
kelihatan, Barat mulai ditinggalkan dan supremasi dunia mulai dialihkan ke
Timur baik dalam bidang ekonomi, politik dan sebagainya.
Perang melawan terorisme yang menjadi
salah satu puncak konflik Barat dan Islam bisa jadi merupakan permainan dari
pihak ketiga untuk mengadu domba Barat dan Islam itu sendiri, dan ditujukan
untuk melemahkan keduanya. Terbukti, sumber daya sangat besar dikeluarkan AS
dalam perang melawan terorisme ini, tapi AS tidak mendapatkan hasil apa-apa
dari perang ini, termasuk invasinya ke Afghanistan, Irak, dan sebagainya.
Justru sebaliknya, dampak dari perang ini justru adalah menguatnya peran
Tiongkok dan Syiah yang mulai menggeser supremasi AS.
Hubungan antara Muslim, Nasrani dan
Barat memang sedang diuji, ada adu domba dari pihak lain dan Muslim perlu
menempatkan diri sebagai solusi atas problematika ini. Nubuwah telah menjamin,
bahwa kita akan melewati krisis ini, Islam akan menjadi solusi terwujudnya
dunia yang penuh kedamaian. Namun, sebelum itu semua terwujud, kita masih harus
melewati ujian-ujian tersulit.
Komentar
Posting Komentar